Perempuan di Keabadian

Kenya Indrasti M
Chapter #15

Surat Balasan

Tidak ada yang lebih ditunggu-tunggu Sabre selain balasan surat elektronik yang notifikasinya muncul ketika dia berada di dalam mobil yang mengantarnya ke apron bandara dan bersiap turun untuk boarding. Empat hari yang melelahkan, memiliki mimpi yang teracak oleh suara bisikan dan terbawa ke alam nyata; sekalipun Sabre sudah terbangun.

“Jika mimpi adalah refleksi alam bawah sadarku, apa yang sebenarnya ingin disampaikan? Apa yang mereka bisikkan?” pikir Sabre sambil melangkah keluar mobil hitam mengilat, yang pintunya sudah dibukakan oleh petugas.

Beberapa mitra bisnisnya menjabat tangannya bergantian, berterimakasih dan menunggu segera terealisasinya proyek yang mereka rencanakan. Sabre sangat puas dengan kunjungannya kali itu. Berbeda dengan perasaannya ketika teringat surat elektronik yang belum dibukanya.

“Apakah dia menerimanya?” Dengan cemas Sabre segera membuka surat itu ketika duduk di kursi kabin pesawat.

 

Tuan Sabre,

 

Senang sekali mendengar kabar dari anda.

Saya akan menjawab pertanyaan anda terlebih dahulu:

Mengapa anda gagal menganalisa diri anda?

Apakah anda sudah benar-benar mengenal diri anda? Atau anda rasa anda mengenalnya?

Terima kasih atas penawaran kerjasama anda, namun untuk proposal yang anda ajukan, saat ini belum sesuai dengan kami. Demi keberhasilan terapi, saya sarankan untuk menyelesaikan membaca buku yang telah kami kirimkan sebelumnya.

 

Jelas sebuah penolakan.

Sabre menutup laptopnya dan berusaha berpikir.

“Apa sebabnya? Keuntungan sebesar itu tidak bisa menggerakkan perempuan bernama Freya itu.

Mungkin dia tidak mencari keuntungan, tapi hal lain.

Tapi,apa?

Apa yang bisa membuat manusia bahagia selain uang?”

 

Sabre tidak bisa tidur dalam penerbangannya kali ini. Dengan kepiawaian berkomunikasi dan kharismanya, dia mencoba mangajak penumpang, kru kabin; bahkan pilot dan first officer tidak luput dari wawancaranya. Mereka menjawab dalam berbagai variasi,

“Bebas bepergian kemana saja”

“Keliling dunia”

“Hidup nyaman”

“Makan enak terus tapi tetap sehat”

“Bisa bersama orang yang kita sayangi”

Dan banyak lagi jawaban mereka yang belum bisa dikategorikan tepat untuk mengajukan permohonan kerjasama berikutnya dengan komponis musik itu.

“Dimana lo?” Wilma meneleponnya beberapa jam setelah pesawat Sabre mendarat.

“Di jalan, arah pulang,” Sabre manjawab dengan suara kesal.

“Kenapa lagi sekarang? Lo udah dapat jawaban dari Freya?”

“Hah!” Sabre setengah berteriak, hingga sopir mobil yang dinaikinya sedikit terkejut.

“Gue tanya seluruh manusia di kabin, dari penumpang pesawat, mau kelas bisnis, ekonomi, kru kabin, pilot.. jawaban mereka kebanyakan sama.”

“Apa yang bikin lo bahagia?” tanya Sabre pada Wilma.

“Santai, gak perlu kerja, foya-foya tapi tetep kaya! Hahaha!”

Lihat selengkapnya