Perempuan di Keabadian

Kenya Indrasti M
Chapter #17

Pembawa Sial

Bersama dengan kaleng berisi bensin, ada bungkusan mencurigakan yang dibungkus kain bewarna hitam, ditemukan di dekat ruangan yang terbakar.

Ibu pengurus panti membuka tali pengikatnya dan menemukan bongkahan batu kali, “Untuk apa sih batu ini dibungkus dengan kain?!” ujarnya sambil memutar-mutar batu dan melihat seluruh sisinya.

“Mungkin digunakan untuk melempar jendela..” salah satu anak laki-laki berkata.

“Kamu yang suka memecahkan kaca rumah orang dengan batu ya?!” tuduh ibu pengurus panti.

“Bu, lihat ada tulisan di kain itu!” ujar anak panti yang paling besar.

 

Perempuan gemuk itu pun mengambil kain yang semula digunakan untuk membungkus batu, tulisan di kain itu tertulis:

“Tara, gadis pembawa sial! Jika dia tetap mencampuri urusan orang, yang terjadi bisa lebih dari kebakaran!” dibacanya tulisan itu keras-keras.

Kini dia paham, batu itu digunakan untuk melempar pesan.

 

 

Semua mata memandang Tara dengan curiga.

“Apa yang telah kamu perbuat, gadis bodoh?!” ibu pengurus panti menarik rambut Tara dengan marah.

“Ampun bu! Aku tidak tau apa-apa..” Tara menangis dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Dia merasa tubuhnya didorong dan terhempas ke sudut ruang makan yang tidak ikut terbakar. Tara tidak berani bergerak dari sana, rasa letih dan sedih menguras tenaganya, digantikan kantuk yang membuatnya terlelap, sejenak melupakan mimpi buruk yang terjadi di alam nyata.

 

Pagi harinya, Tara terbangun setelah pipinya ditepuk kasar.

“Bangun! Gadis pembawa sial!” salah satu anak panti berteriak di telinganya.

Sejak semalam tampaknya dia menjadi musuh semua orang, tanpa kecuali.

“Ibu panti bilang ada orang yang mencarimu, cepat bangun!”

 

Tara duduk sejenak, memperhatikan sekelilingnya, bau terbakar masih bisa tercium di udara. Abu hitam bertebaran. Kemudian melangkah ke luar.

 

“Tara.. “

Ibu kepala pegawai dari rumah Nyonya Luisa meraih tangan gadis kurus itu, matanya memperlihatkan rasa khawatir.

 

“Simpanlah ini untuk keperluan Tara,” Bu Kamila memberikan amplop besar pada ibu pengurus panti.

“Anda baik sekali, nyonya. Ya, pasti saya akan menjamin kebutuhan Tara terpenuhi, dia akan baik-baik saja. Anak ini manis sekali, pasti tidak lama akan ada orangtua yang mau mengangkatnya sebagai anak,” ibu pengurus panti tiba-tiba saja bersikap sangat sabar dan berhati lembut.

“Apa yang ada di dalam amplop itu pasti sangat menyenangkan hatinya,” pikir Tara.

Lihat selengkapnya