Sabre sudah mengatur tambahan catatan pada sistem asisten robotnya, untuk memberitahukan jika ada notifikasi apapun dari perusahaan musik ‘Perjalanan ke Dalam DIri,Inc’, dengan tone yang berbeda dari ‘bip’ yang biasanya, lebih terdengar jelas. Karena hari ini Wilma datang bersama J, anak laki-lakinya, keponakan kesayangan Sabre. Suasana mungkin agak lebih ramai dari hari-hari biasanya, dan Sabre tidak ingin melewatkan notifikasi penting yang ditunggunya itu.
“Om Sabre, J mau berenang, ya?” anak berusia 4,5 tahun itu menyiapkan pelampung, mengangkat tangannya sambil menunggu tepukan balasan dari Sabre. Kemudian berjalan menuju kolam renang dengan menggandeng tangan Wilma.
“Ok!” Sabre tersenyum, menepuk telapak tangan kecil itu lalu mengikuti langkah mereka berdua menuju taman samping.
“Lola kemana?” tanya Sabre.
“Pergi traveling sama genk nya,” jawab Wilma sambil lalu.
Di tengah keseruan bermain air tiba-tiba terdengar suara meraung dari ruang TV di dalam rumah.
“Apaan itu Bre?!” secara instingtif Wilma menggendong J keluar kolam renang.
“Udah tenang aja, cuma notifikasi,” Sabre menjawab sambil tersenyum pernuh arti dan berjalan tenang ke dalam.
Notifikasi surat balasan dari perempuan pemilik perusahaan musik, Freya; yang memang ditunggunya.
“Tampilkan pesan!” perintah Sabre pada asisten robotnya. Setelah nada ‘bip’, balasan dari Freya terpampang di layar TV yang berukuran besar itu.
Tuan Sabre,
Saya sedikit tertarik dengan ide yang anda paparkan dalam proposal. Sepertinya anda bisa lebih menggali dari apa yang sudah anda angkat.
Freya.
“Sedikit tertarik?” Sabre bergumam, mengambil pulpen dan memutarnya di sisi tangan.
“Suara apa sih tadi?!” Wilma bergegas masuk dengan piyama handuk, dan dimintanya dua pengasuh untuk membersihkan J dan mengganti bajunya.
“Gue setting buat nada masuk notifikasi pesan..”
“Pesan dari Freya?”
Sabre mengangguk sekilas lalu duduk di kursi putar mini bar, “Biar kedengeran kalau suratnya masuk.”
“Orang gila mana yang bikin notifikasi pakai alarm kebakaran?”
“Itu bukan alarm kebakaran kok, tapi sirine..”
“Ya sama aja! Bukan kedengeran lagi tapi bikin orang panik!”
“Bagus, kan? Jadi pasti kedengeran, lagian suka-suka gue lah!”
“Iya juga sih, cuma agak lain aja.” Wilma akhirnya mengalah, lalu ikut memperhatikan surat elektronik yang bisa terbaca jelas pada layar di depannya.
“Wah.. sedikit tertarik nih!” ujarnya.
“Belum pernah dalam sejarah negosiasi gue, semua berjalan aneh begini. Gue gak punya gambaran, seperti apa yang kira-kira menarik bagi sosok Freya ini?”
“Ah masa? Lo aja kurang paham, kan dia udah kasi petunjuknya, ada di buku gambar perempuan yang rambutnya jadi ranting-ranting itu..”
“Iya sih, tapi bukunya macam dongeng begitu, cerita fiksi, mana gue tau petunjuknya sebelah mana..”
“Ya udah sekali-kali lo emang kudu ngerasa kalah dan payah, biar berjuang lebih keras lagi,” Wilma menepuk bahu Sabre.