Perempuan di Keabadian

Kenya Indrasti M
Chapter #21

Freya

Seorang gadis berkulit kecoklatan memandang kapal-kapal yang berlayar di kejauhan. Bewarna putih diatas laut hijau toska.

Senyum mengembang di bibirnya yang penuh, matanya yang serupa almond berbinar memantulkan cahaya matahari senja. Semua terasa berbeda setelah dia mengirimkan pesan pada seorang pria bernama Sabre.

 

“Rose, dia mendapatkan jawabannya, hidup menjadi menarik lagi sekarang,” gadis itu berkata pada seorang perempuan setengah baya yang sejak tadi berada di sebelahnya.

“Saya senang mendengarnya, nona,” perempuan itu tersenyum, “Akhirnya ada sebuah kebijakan muncul dari sisi terdalam dirinya. Tapi saya rasa, semua terjadi karena memang sudah saatnya.”

 

“Kamu benar, semua selalu berjalan dalam perhitungan yang terukur teliti, tidak pernah terjadi kesalahan.”

 

“Pergantian yang berulang.”

 

“Salalu, dan menjadikannya abadi.”

 

“Nona, anda hari ini akan berangkat ke tempat terapi? Tanya Rose, perempuan setengah baya yang menjadi pelayan setia Freya sejak dia masih gadis, dan Freya kecil baru belajar berjalan.

 

“Aku tidak berencana pergi kemanapun, hanya ingin menikmati waktu yang rasanya kembali bergulir di tempat indah ini.”

 

Rose mengangguk pelan, “Baik nona saya akan mengabarkannya pada Han.”

 

***

 

 Dua hari berlalu,

“Kenapa tidak ada kabar lagi darinya, Rose? Dia bilang akan bertanya padaku jika akan menelepon. Aneh sekali. Apakah dia baik-baik saja?” tanya Freya dengan nada setengah khawatir.

 

Rose tersenyum, “Kenapa anda tidak tanyakan saja, nona? Anda menyimpan nomor kontaknya, bukan?”

 

“Tidak, Rose. Aku belum mengenalnya dengan baik.”

“Terserah anda saja, nona. Tapi kalau saya, tidak apa menanyakan kabar lebih dulu, anda bisa menggunakan bahasa yang sopan dan formal misalnya. Seperti yang anda lakukan pada awal mengenal Tuan Sabre.”

 

“Begitukah menurutmu?” Freya membuka aplikasi pesan di ponselnya dan mengirim pesan pada Sabre, “Tuan Sabre, bagaimana kabar anda?”

Kemudian meletakkan ponselnya jauh-jauh sambil menutup wajahnya dengan jemarinya yang lentik.

“Aku malu rasanya!”

Freya dan Rose tergelak, menertawakan sikap Freya yang menggelikan.

 

Perempuan dengan rambut panjang hitam dan bergelombang itu berjalan di taman yang kanan kirinya terdapat pagar bewarna putih yang ditumbuhi mawar panjat. Air mancur cantik menari di kolam putih bersih dan lantai dari keramik bewarna biru terang.

 

Di kejauhan, lautan indah nan tenang membingkai tempat tinggalnya yang besar dan mewah. Di ponselnya masuk beberapa pesan untuk menghadiri pesta teman-temannya merayakan hotel atau resort baru mereka.

 

Freya membacanya sekilas dan memberi ucapan selamat pada mereka. Namun tidak berjanji apa-apa. Jika memungkinkan, dia akan datang. Atau paling tidak, buket bunga indah dan hadiah akan sampai pada mereka.

“Rose.. bisakah kamu urus kado istimewa untuk beberapa temanku yang mengundangku di acaranya, minggu ini? Aku tidak tahu akan bisa hadir atau tidak, tapi harap pastikan pesan hadiah yang sesuai. Tolong cek ulang dan kabari aku lagi.” Freya berkata pada Rose dan mencari-cari, karena tiba-tiba saja perempuan itu sudah tidak berada di dekatnya.

Lihat selengkapnya