Perempuan di Keabadian

Kenya Indrasti M
Chapter #23

Memunculkan MImpi

Sabre memutuskan untuk menikmati saja apa yang akan dia jalani disini, tanpa perlu mengkhawatirkan apa yang harus terjadi nanti.

 

Sebuah cadillac biru dengan atap terbuka membunyikan klakson di depan lobby tempat Sabre menunggu sambil memandangi lukisan ilustrasi kota yang berlatar masa lampau. Gambar di salah satu bingkai secara ajaib membuatnya merasa sedih sekaligus terharu. Padahal dia bekum pernah melihat suasana itu dimanapun. Kenangan siapa yang diingatnya?

 

Tak ingin membuat Freya yang berada di belakang kemudi menunggu lama, Sabre melangkah lebar, membuka pintu dan duduk di sebelahnya.

“Aku pikir kamu akan melompat masuk tanpa membuka pintu,” Freya menyambutnya dengan canda.

“Kamu ternyata ‘benar-benar bisa’ membaca pikiran? Aku hampir melakukannya, tapi sepertinya tidak pada kesan pertama,” jawab Sabre menyambut keramahan Freya.

“Ternyata benar-benar bisa? Sejak kapan kamu berpikir aku seperti itu?”

“Entahlah, mungkin sejak aku sadar kamu bisa mengendalikan alam bawah sadarku, sedangkan aku sendiri kewalahan.”

Tawa Freya yang indah itu berderai, “Aku bukan cenayang, paranormal ataupun dukun, Sabre! Aku hanya mencoba membantu untuk menunjukkan padamu apa yang membuatmu bingung.”

 

Tak lama mereka berbelok dan masuk ke dalam lingkungan yang tanahnya berbatu kerikil halus. Tempat yang banyak terdapat bunga-bunga bougenvile bewarna magenta. dindingnya dibiarkan saja dengan finishing batu-batu putih berukuran besar dengan cerukan kotak-kotak diletakkan patung-patung dari semen yang juga putih.

 

Pintunya bewarna biru dari kayu yang bergaris vertikal

 

“Kenapa disini hampir semua bangunan bewarna biru dan putih?” Tanya Sabre ketika pintu biru itu dibuka dan mereka masuk ke ruangan yang beraroma bunga.

Freya tersenyum melirik Sabre, “Bukan itu yang ingin kamu tanyakan. Hal itu bisa dengan mudah kamu dapatkan jawabannya di internet.”

“Dan kamu masih menyangkal bukan seseorang yang bisa membaca pikiran.”

“Seorang CEO seperti kamu tentu lebih banyak pengalaman dalam hal membaca pikiran, kurasa. Tapi aku akan bantu mengingatkan, orang-oarang yang hidup di zama kuno, percaya kalau warna biru bisa menangkal kejahatan,” Freya memandang sekilas ke arah Sabre yang berjalan di sebelahnya, melewati taman yang luas dengan kursi besi berukir di tepinya.

“Warna biru juga diyakini sebagai warna mata kejahatan oleh orang-rang yang hidup di masa itu. Mereka mengecat rumah mereka dengan warna yang sama untuk mengusir kejahatan. Jadi, apakah memang begitu caranya? Melawan kejahatan dengan kejahatan? Sedang yang kudengar dari mereka yang menerapkan kebaikan dalam hidupnya, balaslah kejahatan dengan kebaikan?”

 

“Kurasa bukan kesana arah filosofi warna biru yang kamu maksud,” Freya terdiam sejenak. “Kamu tahu? Jika ada kelompok datang menyerang, kira-kira siapakah yang diserang? Orang-orang yang sama dengannya atau yang berbeda?”

“Tentu yang berbeda dengan golongannya..” Jawab Sabre kemudian mengangguk, “Baiklah, apakah ini seperti yang terjadi dalam diriku? Karena aku merasa diserang oleh alam bawah sadarku.”

Lihat selengkapnya