Kemudian ia berpikir untuk mencari Tara. Mendengar gadis itu berbicara, pasti bisa mengobati kekesalannya.
“Anda mencari siapa?” tanya asisten penyembuh, melihat Nael terus menerus memalingkan kepalanya ke tampat terakhir dia melihat Tara.
“Nona Tara, apakah aku bisa berbicara dengannya?”
Asisten berbaju serba putih itu menggelengkan kepalanya, “Nona Tara adalah orang yang sangat kami jaga dengan baik, sesuai pesan Nenek Gunung. Malam hari bukan saat yang tepat untuk berbicara dengan nona. Tunggulah sampai besok pagi, kita akan bersama-sama berangkat ke gunung, dan kami mengantar Nona Tara pulang.
“Tapi, saya perlu sekarang, mohon sebentar saja?”
Pria itu sekarang menggerakkan tangannya, mengatakan tidak. Gelang yang berbaris disitu bergemerincing berisik. Dan membuat Nael terdiam dalam rasa kesal.
Nael bukanlah seorang yang mudah menerima aturan, dia tidak takut pada apapun. “Jika mereka tidak mau berangkat sekarang, biar saja mereka menyusul besok! Tidak ada yang bisa menahanku!” geramnya dalam hati.
Nael pun pergi.
Tara dan kedua orang berbaju putih sudah siap meninggalkan desa untuk naik ke gunung, mengantarkannya pulang. Para penyembuh pun memiliki beberapa keperluan yang ingin ditanyakannya pada Nenek Gunung. Tapi mereka tidak bisa menemukan Nael dimanapun.
“Kemana perginya orang asing itu?” tanya sang penyembuh.
“Mungkin dia sudah berangkat duluan ke gunung, tadi malam dia terlihat gelisah sekali,” sang asisten yang terakhir melihat Nael mencoba mengira-ngira apa yang terjadi.
“Aku harap dia baik-baik saja, dan tiba di rumah nenek dengan selamat,” Tara yang mendengar kabar itu tiba-tiba merasa khawatir.
“Saya harap begitu, Tara. Sebaiknya kita berangkat sekarang.”
Pergilah mereka bertiga dan melihat Nael sudah berada disana dengan tangan yang terbalut tumbukan rempah, diikat dengan serat daun dan tali dari akar-akaran.
“Nenek? Apa yang terjadi?” Tara yang pertama tiba di pintu masuk.
“Nona Tara..” Nael berbisik dengan nada gembira, yang membuat Nenek Gunung memperhatikan mereka berdua, “Kalian sudah saling mengenal rupanya? Kukira hanya anak muda ini saja yang tertarik pada Tara seperti kebanyakan yang lain.”
Nenek lalu menggenggam jemari Tara, “Jangan khawatir, Tuan Nael baik-baik saja, Tara.”
Pipi Tara memerah, “Aku harap anda segera pulih, tuan..” ujar Tara yang kemudian masuk ke dalam rumah karena merasa malu.
“Lihatlah akibatnya, menentang aturan yang sudah saya sampaikan!” asisten penyembuh menatap Nael dengan kesal.