Pagi itu Sabre mengirim pesan sambil berdiri di depan pintu paviliun Freya.
“Jam berapa aku bisa menjemputmu?”
“Aku sudah hampir siap.”
Sepuluh menit kemudian Freya membuka pintu, terkejut Sabre berdiri disana. Rasanya Sabre seperti melihat Tara menangis setelah memotong habis rambutnya, dan menutup pintu tepat di depan hidungnya. Dia ingin memastikan, hal itu hanya terjadi di masa lalu.
“Selamat pagi! Kamu ... sejak kapan berdiri disitu?” Tanya Freya, senyumnya mengembang. Dan ini membuat Sabre merasa lega.
“Belum lama.”
“Sabre, aku ingin mengajakmu ke tempat istimewa ..."
“Freya, sebenarnya aku ingin bertanya tentang ...”
Keduanya bicara bersamaan.
“Baiklah, kamu duluan, apa yang mau kamu tanyakan?” tanya Freya.
“Tentang sebuah lukisan di lobby..”
“Lukisan tentang apa?”
“Bangunan kuno ... entahlah, lukisan itu membuatku merasa ingin menangis, entah sedih atau haru, tapi suasananya memunculkan berbagai perasaan yang campur aduk di benakku. Aku bertanya-tanya apakah bagian di dalam diriku mengenalnya?”
“Sepertinya aku tahu lukisan yang kamu maksud, pagi ini aku juga ingin mengajakmu ke tempat itu.”
“Kamu tidak mau memastikan dulu, lukisan yang mana yang aku maksud?” Sabre menyangsikan apa yang dipikirkan oleh Freya sama dengan yang ada di kepalanya.
“Kita anggap saja lucky guess,” Freya berkata dengan tertawa ringan.
“Tara benar-benar menanggalkan kesedihannya di masa lalu, dan terlahir sebagai Freya dengan kepribadian yang ceria, bagaimana bisa?” Sabre memperhatikan wajah perempuan cantik di depannya.
“Bagaimana menurutmu? Ayolah, kamu sudah mendengarkan pesan dari bisikan itu. Meskipun kamu belum mau menceritakannya padaku," Freya merasa Sabre melekatkan pandangannya sedikit terlalu lama.
“Bukan begitu, kepingan ingatan itu memang sudah bertebaran di kepalaku, hanya saja mereka belum tersusun sesuai urutannya. Jadi terkadang aku butuh waktu sejenak untuk berpikir," ujar Sabre tanpa sadar memijat peipisnya.
Demi melihat Freya tersenyum, sesuatu terbersit di benak Sabre, “Kurasa,.. karena Tara di masa lalu terus berusaha mengarahkan fokusnya pada kebahagiaan? Hingga mewujudlah Freya dengan kepribadian ceria seperti sekarang ..." Sabre mencoba memberikan jawaban atas pertanyaannya sendiri.
Freya menjentikkan jarinya sambil mengerlingkan mata, tanda setuju.