Perempuan di Keabadian

Kenya Indrasti M
Chapter #32

Menara Lukisan Angin

Kafe yang dijelaskan Freya tadi, benar-benar menggambarkan kata nyaman. Sulur yang terlihat dari atas balkon terlihat menghias atap dengan bunga-bunga yang menjuntai di atas bangku dan meja-meja cantik dari besi.

 

Freya memilih kursi dekat jendela besar, Sabre memintanya untuk duduk menunggu disana. Dia senang memperhatikan perempuan indah itu dari kejauhan. Ketika dia menyibakkan rambutnya, cara dia mengerutkan alisnya ketika berpikir, segalanya.

 

Di tempat memesan makanan terdapat rak-rak yang memajang souvenir untuk dibeli sabagai oleh-oleh tempat wisata istana tua itu.

 

Mata Sabre terpaku pada satu buku yang dikenalnya, hanya saja pada sampulnya terdapat judul. Buku dengan ilustrasi perempuan berambut ranting pohon yang bersulur- mengikat benda-benda, persis seperti yang diberikan Freya padanya. Sabre membelinya satu dan membaca judulnya: “Kisah Perempuan Pertama di Istana Tua.”

 

Berdebar, Sabre membelinya beberapa, mungkin satu untuk Wilma dan yang lain untuk beberapa orang di kantor, selain kaos, gantungan kunci, tempelan kulkas dan mini snow globe.

 

Freya tertawa melihat Sabre membawa tas belanja, “Kamu benar-benar terlihat seperti wisatawan sejati, padahal sebenarnya pemilik pertama istana ini.”

“Aku menemukan bukumu, ternyata populer disini,” Sabre duduk di sebelah Freya yang membantunya menurunkan minuman dan dan tiga piring makanan ke meja kecil mereka.

Perempuan itu tersenyum melihat makanan yang dibawa Sabre ke meja, “Kamu lapar?”

“Siapa bilang time travelling tidak butuh energi?”

“Jadi itu definisi time travel menurutmu?

“Sementara ini, iya. Karena aku terlempar antara masa lalu dan masa sekarang, mungkin nantinya bisa ditambah ke masa datang,” Lalu Sabre berhenti sejenak, memandang ke arah Freya, “Seperti yang pernah kamu lakukan.”

 

“Kedatangan Sabre di kehidupan Tara?” tanya Freya.

“Ya, Kamu tahu, aku sempat berpikir buku itu hanya satu-satunya, dan kamu tulis untukku, terutama ketika aku membaca ada namaku disana.”

“Aku menuliskan dan menerbitkannya disini, hanyalah salah satu dari usahaku mencarimu,” jawab Freya dengan mata jenaka, “Aku bertanya-tanya, apakah aku sendirian terlahir kembali di dunia ini dengan ingatan kehidupan masa laluku yang masih melekat?”

“Tempat ini dikelola oleh komunitas bangunan kuno. Apakah boleh kutebak, kamu atau keluargamu pemiliknya?”

“Permintaanku di ulang tahun ke empat,” sahut Freya.

“Sebuah bangunan kuno, permintaan anak balita pada ulang tahunnya?” Sabre tertawa hingga nyaris tersedak.

“Apa lagi yang bisa kamu lakukan, ketika otakmu mulai bisa berpikir, mengingat dan merangkai kata untuk berbicara. Kamu tahu tentang banyak hal yang dialami selama puluhan tahun, sebanyak umur yang kamu lalui di kehidupan sebelumnya.”

 

Sabre membuka buku yang baru saja dibelinya, “Buku ini persis sama dengan yang kamu berikan padaku,”

“Tentu saja,” jawab Freya ssambil menyibak rambutnya yang panjang berombak, “Mau kubacakan?”

Lihat selengkapnya