Sabre meminta Wilma membaca juga buku itu dan mereka berdiskusi di suatu sore yang cerah, di sudut sebuah kafe dengan jendela-jendela besar. Angin semilir masuk meniup lembaran-lebaran buku dengan ilustrasi perempuan pohon pada sampulnya.
Entah kenapa, Sabre merasa mengenal suasana ini.
“Lo masih insomnia?” tanya Wilma.
Sabre menggeleng, “Dua malam ini gue selalu ketiduran pas baca buku kisah-kisah perempuan pohon itu.”
“Macam dongeng pengantar tidur aja,” tukas Wilma, kemudian, “Aha! Itu dia! Kenapa buku ini dikirim jadi penawarnya, ceritanya bikin lo ngantuk!” diacungkannya telunjuknya tinggi-tinggi, seolah berhasil menjawab sebuah teka-teki besar.
“Selama ini gue baca buku lain juga kok, dengan rancana biar bisa tidur. Tapi tetep aja gue bakal melek sampe pagi, sampe halaman terakhir buku, mata gue gak mau merem, padahal capek banget.”
“Nah, kan?” timpal Wilma lagi.
“Itu dia, apa yang bikin gue tidur karena baca buku ini? Lo sendiri gimana Wil, buku ini bikin lo ngantuk?”
“Biasa aja. Gue baca buku apa aja, seringnya bakalan tidur sih.. heheh.”
“Ah dasar lo! Tapi kenapa ya?” gumam Sabre.
“Sesuatu bikin ngantuk itu bisa jadi karena membosankan, misalnya ceramah panjang dosen gue waktu kuliah..”
“Tukang tidur di kelas!” Sabre tertawa.
Wilma ikut tertawa sambil melanjutkan, “Berarti kan ada sebabnya, kalo ceramah panjang itu biasanya karena nadanya monoton..”
“Berarti sesuatu yang membosankan.. menurut telinga kita.”
“Iya, bener, relatif banget. Contohnya, giliran asisten dosen yang kece kasih ceramah, gue seger banget!”
“Iya si Lola, karena lo naksir. Padahal isinya sama aja sama kuliah dosen seniornya.”
“Berarti menurut lo, kuliah si Lola ngebosenin? Wah.. gue bilangin bini gue lo, Bre. Abis gak boleh ketemu anaknya nanti!” gurau Wilma.
“Lah, yang tukang tidur kan elo, Wil! Gue sih gak ngaruh, dosen senior atau Lola yang kasih kuliah, oke oke aja.”
“Eh iya juga …” Wilma menggaruk kepalanya.
“Tapi beneran, Bre. Gue harus kasi tau elo, kalo lo naksir cewek, suara mereka itu kedengerannya kayak lagu yang merdu banget. Rasanya gak kepingin berhenti dengerin.”