Memulai hidup baru dari keterpurukan tidak semudah seperti aku membaca cerita di dunia maya. Praktik yang aku jalani jauh lebih sulit dari teori kehidupan yang pernah aku baca. Perundungan yang aku alami belum berhenti sampai Mas Fikri dipenjara, karena masih ada saja orang yang tidak percaya jika Mas Fikri melakukan kekerasan seksual pada calon istrinya sendiri. Citra baik Mas Fikri sebagai mahasiswa berprestasi di kampus sampai mendapatkan beasiswa S2, menjadi asisten dosen yang cukup perfeksionis dan pintar, membuat citranya sulit dipercayai banyak orang jika Mas Fikri punya sifat yang mengerikan. Bahkan kekerasan seksual yang dilakukan kadang dianggap wajar oleh beberapa orang yang mengatakan padaku melalui pesan di dunia maya bahwa “wajar saja seorang calon suami inginkan istrinya, kayak gitu aja lebay”, kalimat itu menjijikkan bagiku sebagi korban dan orang yang merasakan betapa mengerikannya malam itu bagiku, kalimat itu hanya bisa dikatakan oleh rang yang tidak waras. Tindakan Mas Fikri padaku tentu sudah masuk dalam kategori kekerasan seksual yang bisaberujung pada pemerkosaan jika Daniza dan satpam apartemen tidak segera menolongku. Terkadang sebagian orang menganggap kekerasan, pelecehan seksual yang dilami perempuan dengan status sepasang kekasih dianggap sah, padahal itu sudah termasuk tindakan keji yang idealnya pelaku bisa dipidana.
Ketidakpercayaan yang wajar, orang lain hanya dapat melihat hal-hal yang mampu ia tangkap melalui kasat mata tanpa konfirmasi dengan menelusuri fakta dan kenyataan yang ada dalam hidupku. Ada yang mengataiku pansos, sengaja drama, halu agar dapat banyak simpati dan follower di media sosial. Memang setelah ramainya petisi dukungan padaku dan viralnya berita tentangku di media sosial dengan beberapa akun yang menandai dan mention aku, follower di Instagramku makin naik drastis sudah hampir lima puluh ribu follower. Jujur, aku sangat kaget dengan banyaknya orang yang sangat ingin tau dengan kasusku sebagai bahan untuk memberikan informasi, mencari hikmah atau bahkan bahan untuk mengintimidasi. Aku memang tidak mengunci dan membuat media sosialku privasi karena aku juga gak sering main media sosial, hidupku di dunia nyata sudah cukup penat dan berat, sehingga sekali membuka media sosial sudah banjir notifikasi dan beberapa memang sengaja untuk mengintimidasiku sebagai perempuan yang gagal menikah.
“Kasian, Gagal menikah sudah digagahi pula” headline di salah satu berita online ini membuatku benar-benar kembali berpkir. Opini tentangku yang sudah diperkosa oleh Mas Fikri semakin santer menjadi bahan gosip dan perdebatan di media sosial. Bad news is a good news, begitulah yang terjadi dalam industri berita, yang pernah aku pelajari juga selama di lembaga pers kampus. Banyak portal berita daring yang membuat headaline berita mengada-ada dengan isi yang semuanya fitnah dan tanpa data. Mudahnya setiap orang memproduksi konten menjadikan banyak situs berita abal-abal yang memang bertujuan menjatuhkan perempuan, mengintimidasiku, bahkan ada yang memang tidak mengenalku namun tujuannya hanya rating agar pemasukan iklan banyak. Aku tidak bisa mengontrol berita negatif tentangku, hanya saja aku berusaha untuk tidak membuat orang tuaku sedih dengan cara tdak menceritakan apapun soal ramainya kasusku dibicarakan media online. Orang tuaku sudah menganggap masalahku selesai, begitu pula dengaku yang sudah tidak ingin terpuruk dengan mengingat segala hal yang tidak baik dalam hidupku. Aku ingin berusaha kembali hidup dengan suasana baru yang lebih baik.
Harapan dan realitas nyatanya seringkali berbenturan, di dunia maya kasusku makin diperbesar dengan banyak sudut pandang yang berusaha memberi komentar pembelaan, juga ada yang terang-terangan menyalahkanku dengan menyudutkan kondisiku sebagai perempuan biasa yang tidak kaya harta, bahkan rupa juga biasa. Banyak orang yang tidak mengenalku, tapi mereka seolah sudah menegnalku lama dengan memberikan komentar-komentar detail yang tak semestinya. Seketika itu juga aku log out instagram account dan menghapus facebook, mengambil jeda untuk tidak mengurusi prahara virtual. Lagipula aku dan mereka juga tidak saling kenal, jika mereka berkomentar negatif tentangku saat ini biarlah, aku anggap murni karena ketidaktahuan mereka meski memang ada yang menyengaja untuk melukaiku tanpa jeda dan bahagia melihatku semakin merana.