Perempuan Ilalang

Mira Pasolong
Chapter #23

Bab 23. Pengakuan

Ini masalah siri’, Dek.” Terngiang kembali kata-kata Kin. Rala tahu ke mana sebenarnya arah pembicaraan kakak sepupunya itu. Kin tidak ingin Rala menjadi penghalangnya. Ide out of the box- nya yang menghubungkan kembali isterinya dengan Rala kini menjadi bumerang. Ia cemburu dan merasa tidak nyaman dengan kondisi yang digagasnya sendiri.

“Kakak yang meminta saya berhubungan dengannya.” 

“Ya, tapi bukan untuk membuatnya jatuh cinta padamu.” Rala ingat betapa emosi Kin sore itu.

“Bukan saya yang mengatur hati Sa, Kak. Sudahlah! Ia tetap milik Kakak. Tak ada yang mampu menggeser Kakak dari hatinya, termasuk saya,” tegas suara Rala. Ia sedikit menyesal telah memenuhi permintaan Kin. Ia seperti menjebak dirinya sendiri dalam pusaran rasa yang selama bertahun- tahun tak sanggup dituntaskan. Permintaan Kin kini seperti tantangan baginya. Tantangan untuk meletakkan bara di atas tangan sendiri. Ironisnya Rala menerimanya dengan senang hati. 

       Rala memandangi langit yang telah tersaput gelap. Tak nampak cahaya bulan, pun gemintang. Hanya kerlip lampu-lampu jalan dan gedung-gedung yang gemerlap menandakan bahwa kota Makassar masih berdetak. Sebagian penghuninya, sebagaimana Rala, lebih rela melarung diri di balik selimut daripada harus menembus dinginnya udara malam. Hujan yang mengguyur kota seusai Magrib pasti telah, seperti biasa, menggenangi sebagian besar ruas jalan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan tersebut.

Lembang Bau nyaman. Aman dari banjir.” Demikian chat Sa saat Rala mengabarkan Makassar yang selalu kebanjiran tiap musim hujan.

Sa, kau tahu rasanya membenamkan hati bertahun-tahun pada sebuah kubangan bernama rindu?” Beberapa waktu lalu, untuk pertama kalinya Rala ingin memberi gambaran pada perempuan itu, betapa ia telah lama menyimpan rindu untuknya. 

Saya sering merindu. Bahkan walau baru ditingggal sehari sama Kak Kin sekalipun. Tapi saya mencoba menikmatinya,” jawab Sa. Kurang nyambung sebenarnya, tetapi Sa tidak tahu harus menjawab apa. Rala tersenyum kecil. Ia percaya Sa adalah perempuan yang memegang teguh nilai- nilai kesetiaan. Kalaupun pada akhirnya Rala berterus terang, bukan maksudnya untuk memengaruhi hati perempuan itu. 

Lihat selengkapnya