Bab 1
Mayat Yang Diam Membisu
Mayat itu tersangkut rerumputan tinggi di Sungai. Aliran air sungai yang deras membuat tubuh mayat tersebut bergerak-gerak. Dengan kondisi tertelungkup tubuh itu mengambang hampir terseret Arus, kondisinya membengkak dan lebam. Hampir setengah hari orang-orang baru sadar tentang keberadaan mayat itu.
“Ado Mayit!” seru seorang pencari rumput. Teriakannya membahana di sisi sungai. Gema membuat suaranya lebih mudah terbawa angin dan tersampaikan pada penggembala yang sedang menunggu sapi miliknya merumput. Pencari rumput berlari di tengah ilalang. Mencoba mengabari orang sekitar.
Hanya butuh waktu satu jam ketika orang-orang berkerumun di dekat mayat tersebut. Orang dewasa berjongkok di sisi sungai. Mereka saling menunjuk. Anak-anak berusaha berjinjit untuk melihat tapi pandangan mereka terhalang orang dewasa.
Lisa baru saja pulang sekolah. ketika beberapa anak lelaki satu Sd-nya berlari memberi kabar tentang keberadaan Mayat di tepi sungai. Hati gadis kecil itu tergoda, dia ingin melihat juga. Lisa pun berlari mengikuti anak-anak yang sudah lebih dulu berlari di depannya.
Tepian sungai sudah padat orang, ada yang tinggi, besar, perempuan, dan lelaki. Lisa berusaha menerobos, dia menaikkan tubuhnya, berjinjit, sesekali melompat kecil untuk melihat. Tidak bisa juga dia mengintip, gadis sepuluh tahun itu kemudian mencoba menerobos kerumunan. Tiba-tiba kerumunan melonggar, Lisa kemudian masuk menerobos. Tepat ketika itu empat orang sudah mengangkat mayat tersebut ke tepian dan berjalan melintas di depan Lisa. Gadis kecil itu, dengan rasa ingin tahu menggelembung di dada terkesiap. Tubuh kaku dan biru melintas di depannya. Bau anyir menguar dan Lisa menutup Hidung.
Keingintahuan berubah menjadi penyesalan. Itu pertama kali Lisa melihat mayat. Begitu tragis dan menakutkan. Tubuh manusia berubah warna dan bau, menjadi bisu dan tidak berdaya. Lisa merasa gemetar. Hatinya yang kecil menciut dan Lisa menjadi takut.
Kerumunan seketika bubar. Mayat sudah dipindahkan. Lisa memilih tidak ikut menyaksikan, tapi lekas berlari pulang. Dia tidak ingin melihat lagi, tentang kematian. Walau kematian itu berada di depan matanya, Lisa ingin menganggapnya itu sesuatu yang jauh dan tak tersentuh. Pulang dari tepi sungai, Lisa memilih mengurung diri di dalam kamar dan melemparkan tubuhnya di atas kasur keras.
Saat itu Ande Umi datang. Perempuan yang suka memakai tikuluk berwarna putih sibuk bercerita tentang mayat di tepi sungai yang ditemukan warga. Kampung Baru setiap hari sangat tenang. Kalaupun ada kejadian paling hanya anak Mak Sidi yang baru pulang dari rantau, atau barale Kutar yang katanya memakan biaya besar. Kejadian seperti penemuan mayat tak di kenal di kampung mereka tentu mengundang tanda tanya dan juga duga-duga.
“Siapa mayat itu?” tanya Amak.