Jelang maghrib, Halimah berpamitan pada Koh Ho Ming untuk sholat maghrib di gudang toko. Sementara Diandra masih menyibukkan diri dengan buku gambar dan pensil warna yang berserakan dilantai toko pas di depan meja kasir. Biasanya jam-jam menjelang maghrib toko masih sepi pengunjung, jadi pada saat itulah Koh Ho Ming akan merekap pembukuannya.
"Pergilah ke gudang, Din! Sebentar lagi akan banyak pembeli, kalau kamu duduk disitu, akan menyulitkan mereka." perintahnya halus.
"Pekerjaanku belum selesai, Koh! Ini harus dikumpulkan besok pagi." ujarnya seraya membentangkan buku gambar yang baru selesai diwarnai sebagian.
"Selesaikan di gudang, di sana lebih tenang kamu tak akan terganggu orang-orang yang akan membeli barang-barang disitu." Telunjuknya mengarah pada stockist tinggi tempat beberapa perlengkapan mandi tertata rapi di belakang Diandra duduk.
"Tapi aku takut berada di gudang sendirian ... Hiiii!" Diandra bergidik saat melirik pintu tertutup yang mengarah ke gudang, dimana beberapa saat lalu ibunya menghilang.
"Tapi di sana kan terang, nanti kuberi permen kalau kamu mau pindah ke sana!" bujuk Koh Ho Ming menunjuk pintu gudang yang tertutup. "Kamu juga bisa membuka pintunya sedikit, jadi kamu bisa melihatku dari sana."
Diandra segera membereskan peralatan menggambarnya. Tapi bukannya menuju gudang, ia malah mendekati lelaki tua bermata sipit lawan bicaranya.
"Aku akan menyelesaikan pekerjaanku disitu!" Pandangan mata bulatnya mengarah pada sudut sempit dekat meja kasir tepat disebelah kursi yang Koh Ho Ming duduki.
"Jangan! Kamu akan membuatku repot!"
"Tak akan! Aku akan berada jauh dari kakimu, Koh." jawab Diandra ngeyel seraya memindahkan barang-barangnya ke sudut ruangan yang dia tunjuk.
"Memangnya kenapa kamu gak mau ke gudang? Tempatnya lebih luas dan terang. Kamu bisa mengerjakan tugasmu dengan tenang karena gak terganggu orang yang lalu lalang." Koh Ho Ming masih berusaha membujuk, meskipun ia tahu betapa keras kepalanya bocah perempuan yang sekarang sudah berada di sampingnya itu.
"Aku takut di gudang sendirian ... Hiiii" Diandra mengedik-ngedikkan bahu kurusnya. "Sini kuberitahu, tapi jangan bilang-bilang pak Dikin yaaa."
Koh Ho Ming memiringkan badannya merendahkan telinganya setelah melihat isyarat dari Diandra untuk membisikkan sesuatu padanya. Ada rasa penasaran setelah Diandra menyebut-nyebut nama Dikin, pegawai laki-laki satu-satunya yang bertugas mengangkut dan mengatur barang yang datang dari suplayer di dalam gudang.
"Ada makhluk mengerikan dalam gudang ..." bisik Diandra di telinga Koh Ho Ming yang langsung melotot terkejut mendengar laporan Diandra.
"Benarkah?" tanyanya tak percaya, "...bagaimana kamu tahu?" lanjutnya.
"Aku pernah melihatnya!" jawab Diandra cepat dengan mimik serius, "dia selalu mengawasi dari kegelapan, mengawasi segala yang kita lakukan dari persembunyiannya. Dia menempati sudut gelap dan suka sekali pada tempat yang kotor."
"Benarkah?" Koh Ho Ming mulai serius mendengarkan Diandra. "Dikin tak pernah mengatakannya."