PEREMPUAN NAGA

Efi supiyah
Chapter #4

MENCIPTAKAN ALIBI & IDE CEMERLANG


BRUUUAAAKK!!

"Aaauuuuw!"

Sontak semua mata mengarah pada tubuh Halimah yang bergelimpangan jatuh di lantai tertimbun beberapa karton sabun mandi. 

"Ibuuuu!" Diandra segera berlari memburu ibunya, Cik Melly pun segera membuntuti.

"Hati-hati, Limah! Beristirahatlah dulu kalau capek. Jangan memaksakan diri!" Dibantunya Halimah berjalan menuju gudang sambil memberi isyarat pada Yanti untuk mengawasi pembeli. 

Diandra mencoba mengumpulkan sabun mandi yang berserakan dan menempatkannya pada karton pembungkusnya. Setelah dilihatnya pak Dikin keluar dari gudang untuk membantu Yanti, Diandra pun segera menggantikan Cik Melly mengobati luka di kaki ibunya.

"Kamu sedang ada masalah, Limah? Beberapa hari ini kamu banyak melamun." Halimah tak bersuara, tapi dari sorot matanya ia memang tengah gelisah.

"Apa suamimu masih belum dapat pekerjaan?" Halimah menggeleng lemah, tapi tetap tak bersuara.

Cik Melly tahu ada masalah cukup berat yang sedang dipikirkan Halimah itu, tapi ia tak bisa memaksa Halimah untuk mengatakan masalahnya. Halimah memang tipe orang yang tak banyak bicara. Tapi sangat rajin dalam bekerja.

"Kamu di sini dulu, tungguin ibumu, Diandra!" perintah Cik Melly saat melihat kehadiran Diandra di pintu. Diandra mengangguk dan duduk bersila di lantai gudang di samping ibunya.

"Ibu capek ya, sini aku pijitin!" ujarnya seraya memijit pelan kaki ibunya yang masih terdiam tak bersuara.

"Kenapa ibu bertengkar lagi sama ayah?" Halimah terjengit kaget mendengar pertanyaan yang keluar lirih dari bibir mungil Diandra.

"Darimana kamu tahu? Jangan menguping pembicaraan orang tua, Dian! Itu gak sopan tau!" sergah Halimah.

"Semalam gak sengaja aku terbangun, Bu! Lalu terdengar ayah marah-marah. Apakah ayah menyakiti ibu?"

"Tidak, ayah hanya sedang kesal. Sudah jangan difikirkan. Keluarlah, bantulah Cik Melly mengawasi pembeli. Sebentar lagi ibu menyusul!" didorongnya pelan pundak Diandra menyuruhnya keluar dari gudang. Diandra pun menurut.

"Kenapa kemari? Ibumu sudah baikan?" tanya Cik Melly saat Diandra berjalan kearah meja kasir yang saat ini sudah dipindahkan ke bagian depan dekat pintu. Maneki Neko, patung kucing emas berada di atas lemari kaca setinggi satu setengah meter yang diletakkan di belakang meja kasir.

"Ibu yang menyuruhku membantu mengawasi pembeli. Sebentar lagi ia keluar." jawabnya sebelum berlalu kebagian tengah lorong. Karena sudah sering berada di toko, ia sudah mulai hafal letak barang yang ditata rapi dan dipisahkan sesuai dengan jenisnya itu, sehingga saat ada pelanggan yang bertanya ia dengan tepat dapat menunjukkan di mana letak barang yang dibutuhkan pelanggan tersebut.

Sekitar tengah hari terlihat Koh Ho Ming datang dengan mengendarai sepeda motor matic berboncengan dengan ayah Diandra.

"Maaf Cik Melly, saya kesini cuma mau pamit sama anak istri saya." ucap Sardi setelah berada di dekat meja kasir. Sebuah tas besar yang sedari tadi ditentengnya, ia letakkan begitu saja di lantai sebelah meja.

Lihat selengkapnya