PEREMPUAN PALING BAHAGIA

Ragiel JP
Chapter #5

PERTEMUAN PERTAMA

Hari Sabtu yang ditunggu Tantri tiba. Dia gelisah saat Renata kembali menelepon dan mengatakan ingin bertemu. Awalnya Tantri meminta bertemu di Kalyana Bakery, tapi Renata menolak dengan alasan tempat itu terlalu ramai.

Tantri pun menyadari pilihan Renata memang tepat. Dia juga merasa tidak nyaman membicarakan hal sesakral pesta pernikahan di tempat yang terlalu ramai. Apalagi mengingat alasan utama dirinya menerima pesanan Renata karena ada sebuah tujuan tersembunyi.

Maka pilihan paling tepat adalah sebuah kafe yang tidak begitu jauh dari Kalyana Bakery. Di tempat itu biasanya Tantri mentraktir karyawan setelah mendapatkan banyak pesanan atau proyek besar.

Pernah beberapa kali toko mendapatkan pesanan kue dari selebriti yang tengah naik daun, dan promosi dari kekuatan selebriti memang sangat ampuh dalam mendongkrak usaha toko roti miliknya hingga bisa dikenal khalayak seperti sekarang.

Tantri kembali mengamati interior kafe yang bergaya klasik. Beberapa lampu gantung berbagai warna menghiasi langit-langit. Tembok berwarna hijau daun yang meninggalkan kesan sejuk dan sehat. Tantri mengenal pemilik kafe ini—namanya Brian, dia merupakan salah satu chef jebolan acara memasak di televisi.

Tantri tersenyum melihat sepasang muda-mudi yang saling menyuapkan makanan ke mulut masing-masing. Si cowok bahkan sampai mengelap mulut si cewek dengan lembut yang membuat si gadis bersemu merah.

Sepuluh menit lagi waktu yang telah dijanjikan tiba. Tantri sengaja datang setengah jam lebih awal untuk berjaga-jaga kalau Renata sampai duluan. Selain itu, Tantri juga berlatih untuk mengungkapkan tujuan lain mengenai pertemuan ini. Dia sudah bertekad menawarkan jasa dalam mengurus segala persiapan pernikahan Renata dengan tujuan bisa mendekati Nolan.

Awalnya Regina menolak mentah-mentah gagasan Tantri dengan alasan biasanya para pelanggan yang meminta All about Regina—nama merk WO milik Regina secara langsung.

“Namanya Renata,” terang Tantri saat menghubungi Regina melalui zoom. “Dia minta Kalyana Bakery untuk mengurus kue di acara pernikahannya dan langsung kepikiran nawarin jasa WO sekalian.”

“Renata?” Regina mengerutkan kening. Kalau tidak mengenal Tantri sebagai pribadi yang sangat kompeten tentunya akan menolak ide ini. Namun, Regina yakin Tantri melakukan ini supaya All About Regina semakin dikenal.

“Renata Maharani Wijaya,” ucap Tantri melanjutkan. “Dia mempunyai seorang adik bernama Nolan Mahardika Wijaya. Kamu kenal mereka, kan?”

Regina tampak berpikir. Samar-samar merasa familier dengan nama itu.

“Temannya Ruben. Dia juga datang saat pernikahan Ruben dan Lyra.”

Penghalang ingatan di kepala Regina langsung runtuh seketika. Pernikahan Ruben dan Lyra merupakan salah satu pesta yang tidak mudah dilupakan karena membuat usahanya semakin dikenal kalangan atas. Banyak relasi Ruben yang kemudian menggunakan jasa All About Regina.

“Ya, aku ingat,” ucap Regina akhirnya. “Tapi gimana kalau mereka sudah memesan WO lain?”

“Kupastikan mereka memilih All About Regina. Asal kamu ngasih izin, kujamin bakal berhasil membujuk Renata.”

“Oke,” ucap Regina akhirnya. “Kebetulan minggu depan aku mau ke Jogja, nanti kita bisa diskusikan lagi.”

“Kelamaan kalau minggu depan,” tolak Tantri. “Kami mau ketemuan besok untuk mendiskusikan pesanan kue.”

Regina kembali berpikir sejenak. “Baiklah. Gue izinin menawarkannya sama Renata. Tapi jangan sampai kamu ngancurin All About Regina.”

Tantri terkekeh. “Tenang saja, aku nggak mungkin ngotot begini kalau nggak yakin pernikahan Renata akan membuat usaha kita berdua semakin maju.”

“Baiklah-baiklah, aku percaya sepenuhnya sama kamu.”

Tantri nyengir lebar sekali. “Kalau deal nanti pokoknya minta bonus.”

“Gampang itu.” Regina terkekeh.

Aroma manis dan gurih kembali menyadarkan Tantri ke masa kini. Ponselnya berdering sekali, lalu melihat nama Renata tertera di layar. Dia membuka pesan yang mengatakan lima menit lagi Renata akan sampai. Tantri membalas pesan itu dengan mengatakan kalau dia baru sampai.

Dada Tantri kembali berbedar tidak karuan. Dia seolah-olah mempunyai kepribadian ganda karena mempunyai sebuah misi tersembunyi. Bagaimana kalau Renata menganggapnya aneh karena menawarkan jasa untuk mengkoordinasi pernikahannya? Bagaimana kalau Renata sudah menyerahkan persiapan pernikahan ke agen lain?

Tantri menggeleng. Dia yakin Renata belum menyerahkan persiapan pernikahan ke agen lain. Fakta bahwa dia memesan kue ke Kalyana Bakery menguatkan dugaan.

“Nolan terkadang begitu menggoda,” ucapan Sonya kembali terngiang. “Kamu kudu hati-hati kalau berhadapan sama Nolan, banyak gadis yang tergoda begitu mendengar suara merdunya. Aku aja masih kepikiran sampai sekarang. Apalagi matanya yang kelabu itu, nggak banyak manusia di dunia ini yang mempunyai mata seindah itu.”

Tantri merinding membayangkan dirinya akan berakhir seperti Sonya. Wajah ayahnya mendadak berkelebat di ingatan, menciptakan sensasi mengerikan seperti terjebak di dalam film horor.

Tantri menusuk dimsum kukus di piring, lalu memakannya dan merasakan ledakan daging udang di dalam mulut. Dimsum merupakan salah satu makanan favoritnya selain gado-gado buatan Oma Ratna.

Dada Tantri selalu terasa nyeri bila teringat Oma Ratna. Perempuan itulah satu-satunya orang yang memahami dirinya. Oma Ratna selalu mencurahkan rasa kasih sayang yang tidak pernah diberikan ibunya. Oma Ratna yang mengurusi segala keperluan setelah kedua orangtua meninggalkan mereka. Oma Ratna juga yang selalu meyakinkan Tantri akan cita-citanya menjadi seorang chef.

Bagi Tantri, ibunya seperti sebuah kutukan karena hanya mengurusi diri sendiri. Tantri ingat betul seminggu setelah kematian sang Ayah, ibunya menjadi pribadi yang keras. Dia memang tidak pernah memukuli seperti Ayah, tapi ibunya kerap mengacuhkan kedua anaknya seperti tidak ada.

Tantri tahu sikap Ibu adalah hasil dari tumpukan luka batin yang selama ini didapatkan dari sang suami. Luka itu akhirnya meledak dan satu-satunya cara ialah dengan melampiaskan kepada anak-anaknya. Ibu selalu menolak ajakan Oma Ratna mendatangi psikolog dengan selalu berkilah dirinya tidak gila.

“Siang …” Suara merdu mengagetkan Tantri. Dia mengalihkan pandangan ke arah suara itu berasal, lalu mendapati Renata terlihat sangat cantik dengan penampilan elegan tapi terkesan mewah. Dia memakai gaun terusan berwarna cokelat muda lengan panjang. Kakinya yang jenjang bak model ditutupi stoking berwarna kulit. “Sudah menunggu lama, ya?”

Tantri selalu terpesona bila melihat Renata. Kecantikan Renata yang tidak manusiawi membuat beberapa pengunjung kafe berpaling ke meja mereka dengan tatapan takjub.

“Aku juga baru sampai,” jawab Tantri tersenyum. “Jadi nggak perlu minta maaf.”

Kehebohan kembali terjadi ketika seorang pemuda bertubuh jangkung masuk ke kafe. Awalnya Tantri tidak mengetahui kedatangan pemuda itu karena sedang mencari notes di dalam tas. Tantri lebih nyaman mencatat permintaan klien di notes karena membuat klien merasa lebih dihargai.

Lihat selengkapnya