Tiga hari kemudian Tantri terkejut saat datang ke bakery dan melihat Regina sudah berada di sana dengan souffle dan teh tersaji di hadapannya. Mereka langsung berpelukan melepas rindu.
“Kapan sampai Jakarta?” tanya Tantri melepaskan pelukan. “Makin cantik aja, Na.”
“Sudah seharusnya dong.” Regina menyendok souffle dan memasukkan ke mulut yang berbibir merah bak kuncup mawar. “Sebenarnya sudah dari semalam sampai Jakarta, tapi istirahat dulu di apartemen, masih jetleg soalnya.”
Tantri tahu Regina gampang sekali mabok perjalanan. Dia teringat saat melakukan karyawisata ke Semarang, dan sepanjang perjalanan Regina mabuk kendaraan parah. Tantri harus berusaha mati-matian supaya tidak ikut muntah karena harus duduk di sebelahan Regina.
“Glen dan Carissa nggak ikut?” Tantri mencari keberadaan suami dan anak Regina.
“Glen ada pekerjaan yang nggak bisa ditinggal, sedangkan Carissa, dia nggak suka diajak mudik, katanya Jogja panas.”
“Persis banget sama kamu Carissa itu,” imbuh Tantri ikut menyendok souffle di hadapan Regina dan memakannya.
Regina kembali mengamati keadaan toko yang tidak jauh berbeda dari pertama kali dia datang ke sini dua bulan yang lalu. “Kamu dari mana?”
“Nyari udara segar sebentar.” Tantri kembali mengikat rambutnya yang panjang sebahu menjadi ekor kuda. “Hari Kamis begini Kalyana Bakery selalu ramai.”
“Ah, pasti karena menu spesial itu, ya?” Regina kembali menyeruput minuman. “Kali ini kue apa yang bisa membuat bahagia?”
“Semua kue di sini bisa membuat bahagia. Apalagi kalau makannya nggak bayar.”
Regina terkekeh. Sudah lama dia merindukan celetukan Tantri. “Jadi bagaimana kelanjutannya? Katanya kamu berhasil meyakinkan Nolan untuk memakai jasa All About Regina?”
“Besok Minggu kita ke rumah Renata untuk membicarakan lebih detailnya.”
“Kamu emang paling bisa diandalkan.” Regina mengacungkan jempol ke hadapan Tantri. “Tapi aku beneran masih penasaran, apa sebenarnya alasanmu kekeuh supaya All About Regina yang mengurus pernikahan Renata?”
“Bukannya udah jelas, ya?” Tantri berpaling ke arah pintu masuk saat lonceng kecil kembali berdencing. “Renata kebetulan meminta Kalyana Bakery untuk mengurusi segala macam kue pengantin dan hidangan penutup, lalu kenapa nggak coba sekalian nawarin All About Regina, siapa tahu mereka cocok."
“Kamu emang punya intuisi yang hebat,” puji Regina mengacungkan jempol. “Aku mau coba tart apelnya, dong.”
“Ambilah sendiri sampai perutmu meledak,” kekeh Tantri. “Atma pasti seneng banget kalau tahu kamu datang.”
“Ah, di mana sepupu kesayanganku itu?” Regina baru tersadar tidak melihat Atma. “Kemampuan Atma dalam melukis semakin menakjubkan, itu lukisan Superman di sebelah toilet juga Atma yang buat?”
Tantri mengangguk. Luapan rasa sayang terhadap adiknya semakin membuncah. “Atma memang adik yang sangat luar biasa.”
“Tepatnya kamu kakak yang luar biasa, Tri.” Regina tersenyum tulus. “Kamu merawat Atma dari kecil hingga sekarang dengan penuh cinta.”