PEREMPUAN PALING BAHAGIA

Ragiel JP
Chapter #12

SEBONGKAH KENANGAN

Bening tersenyum menggoda ketika Tantri masuk ke toko. Perempuan berhidung mancung itu pura-pura terbatuk saat Tantri menghampiri dapur.

“Ada apa?” tanya Tantri melihat gelagat karyawannya yang mencurigakan. “Apa ada yang salah?”

“Ada titipan dari seseorang,” timpal Sinta. “Itu, Chef.”

Sebuah buket bunga tergeletak di atas meja. Tantri mengernyitkan kening karena tidak merasa memesan karangan bunga.

“Dari siapa?”

“Kami nggak boleh bilang,” ucap Bening lagi. “Baiknya chef lihat sendiri.”

Tantri menghampiri meja, lalu mengambil karangan bunga mawar putih dan melihat nama Nolan tertera sebagai pengirimnya.

“Dari Nolan?” Nada peringatan di dalam diri langsung bersiaga karena yakin Nolan sedang melancarkan aksi untuk menjadikan dia menjadi mangsa selanjutnya.

“Perkembangan yang bagus, Chef” ledek Sinta saat Tantri kembali ke dapur setelah meletakkan buket bunga di dalam ruangan. “Tampaknya kalian sudah mulai dekat, aku senang.”

“Apaan, sih?” Susah payah Tantri menyembunyikan rona wajah. “Kami nggak ada hubungan apa-apa, ini hanya bisnis.”

“Kalian cocok, kok, Chef. Nolan itu ganteng, sedangkan chef cantik, duh, jadi iri.” Bening menimpali.

Inilah salah satu alasan kenapa dia enggan menerima tamu atau hadiah dari seorang lelaki. Pasti karyawannya akan terus meledek.

“Tapi menurutku Nolan itu kayak playboy,” celetuk Herman memasukkan adonan ke oven yang telah panas. “Kata Ilyas malah lelaki itu terlihat seperti gigolo.”

Tantri tertawa. “Lelaki itu memang kelihatan banget playboynya.”

“Nah, kan, apa kubilang,” imbuh Ilyas nyengir. “Aura gigolonya terlihat jelas banget.”

“Kalau punya mulut dijaga.” Winda mencubit bibir Ilyas karena saking keselnya menuduh Nolan sebagai gigolo.

“Sudah-sudah jangan berantem,” lerai Tantri. “Saatnya bekerja. Bening, tolong kamu siapkan gula untuk buat karamel, dan kamu Sinta, ambil buah apel di pantri. Minggu ini tart apel lagi banyak digemari.”

“Kue jahe juga, Chef,” imbuh Sinta. “Banyak yang lagi suka.”

“Ayo siap bekerja,” ucap Tantri mengikat rambut.

Tantri mulai mencampurkan berbagai macam bahan dasar membuat adona pai. Bayang-bayang Nolan entah kenapa kembali berkelebat di dalam kepala. Senyum Nolan membuat hati Tantri menjadi hangat. Dengan gayanya yang congkak, tapi membuat benak Tantri selalu ceria. Kalau diibaratkan, Nolan seperti cokelat yang mampu menciptakan kebahagiaan.

“Chef … Halooo.” Bening melambaikan tangan di wajah Tantri yang sedang melamun.

“Pasti lagi bayangin Nolan,” bisik Sinta di sebelah Bening. “Tepuk saja bahunya.”

Bening terkikik. Dia kemudian menyentuh bahu Tantri.

“Nolan ganteng, Nolan manis kayak cokelat,” latah Tantri karena terkejut disentuh Bening.

“Cie, Chef,” Bening dan Sinta nyengir lebar sekali. Begitu juga Ilyas dan Herman, kedua baker terkekeh melihat kelakuan bosnya yang malu-malu.

“Apaan, sih, ngagetin aja.” Tantri mencoba mengatur ekspresi, bisa-bisanya latah menyebut Nolan ganteng dan manis seperti cokelat.

“Lagian dari tadi chef dipanggil diam saja,” ucap Bening masih tersenyum. “Aku cuma mau tanya mousse ini sudah benar?”

Tantri menerima wadah berisi mousse yang berwarna cokelat mengkilat dan menggiurkan. Dia mencolek sedikit adonan seperti busa itu dan memakannya, rasanya sangat enak.

“Mousse ini sudah mengandung cokelat, jadi nggak perlu ditambahkan gelatin. Karena base mengandung cokelat akan solid dengan sendirinya.”

“Siap, Chef.”

Bening memasukkan adonan mousse ke kulkas dan kembali menyiapkan kismis untuk membuat pai apel.

“Chef, aku boleh tanya sesuatu?” tanya Bening sembari memilih kismis terbaik untuk isian pai. “Tentang hubunganmu sama Nolan?”

Lihat selengkapnya