PEREMPUAN PALING BAHAGIA

Ragiel JP
Chapter #15

KEDATANGAN SONYA

Suasana hatinya sedang buruk saat Tantri masuk ke Kalyana Bakery. Lingkaran hitam di bawah mata masih terlihat samar walau sudah mencoba menutupinya dengan make-up. Semalam suntuk Tantri menangis setelah pulang dari apartemen Regina.

Atma mungkin sebenarnya tahu kalau Tantri sedang sedih. Bertahun-tahun hidup bersama membuat ikatan batin semakin kuat. Atma bisa merasakan kesedihan Tantri, dan sepanjang perjalanan pulang semalam Atma berusaha mengiburnya dengan lelucon tentang truk dan kura-kura.

Bahkan pagi ini Atma bersikap manis sekali dengan menyiapkan sarapan khusus hasil racikan tangannya sendiri. Atma kemudian membawa sarapan ke kamar Tantri.

“Sa-ra-pan, Kak,” Atma menyuapkan bubur yang berisi jagung, jamur dan potongan daging yang membuat perut Tantri terasa hangat dan nyaman.

“Enak sekali,” puji Tantri menyeka air mata yang mengering. “Makasih, Atma.”

Atma tersenyum setelah Tantri menghabiskan sarapan. Dia juga mengatakan sangat menyanyangi Tantri dan mengatakan tidak ada gunanya bersedih yang langsung membuatnya sedikit melupakan perselingkuhan Julian.

“Pagi, Chef,” sapa Bening saat Tantri bergabung di dapur. “Apa chef baik-baik saja? Wajahmu pucet gitu.”

“Apa chef lagi sakit?” imbuh Ilyas.

“Bagaimana kalau aku panggilkan dokter?” imbuh salah satu pramusaji.

“Nggak usah panggil dokter,” tolak Tantri. “Ini hanya sedikit kecapean saja.”

“Mau aku buatin teh kamomile, Chef?”

“Nggak usah, Bening. Nanti juga sembuh sendiri.”

Membuat kue selalu berhasil mengalihkan pikiran Tantri tentang Julian. Ditambah lagi pelanggan yang datang semakin banyak. Pernikahan Renata yang tinggal beberapa bulan lagi juga berhasil membuatnya melupakan sejenak kesedihan. Tawa dan celetukkan karyawan selalu membuatnya terhibur. Apalagi kali ini ada lagi pelanggan yang kata Winda ganteng banget, tapi Winda langsung patah hati karena pelanggan itu datang bersama istrinya yang sedang hamil.

Menjelang tengah hari suasana Kalyana Bakery sudah lumayan sepi karena hujan turun secara tiba-tiba. Angin di luar berembus cukup kencang sampai menggoyangkan pohon yang tumbuh di depan toko.

“Nggak ada tanda-tanda mendung tiba-tiba hujan saja,” ucap Bening duduk di kursi yang kosong. Dia membuka bekal makan siang yang sebelumnya dipanaskan di microwave. “Oh, ya, Chef, untuk pesanan pernikahan Renata nanti ada ada tambahan lagi?”

“Sejauh ini belum ada permintaan tambahan dari Renata.” Tantri melongok ke bekal yang dibawa Bening.

“Cobain ini, Chef?” Bening menyodorkan bekal makannya, dan di sana ada udang pedas manis, tumis daging campur buncis dan tempe, juga ada rempeyek bayam sebagai pelengkap.

Tantri tergoda untuk mencoba udang pedas manis. Dia mengambil sendok, lalu menyendok udang dan memasukkan ke mulut.

“Gimana, Chef?”

“Enak seperti biasa,” jawab Tantri jujur. “Kalau ibumu ikut ajang memasak di televisi, para juri langsung minder karena saking enaknya.”

Bening terkekeh.

Petir kembali menggelegar dan angin berembus sangat kencang hingga membuka pintu toko. Tantri buru-buru menghampiri pintu untuk menutupnya ketika melihat seorang perempuan berambut ikal yang rambutnya basah sedang berlari ke arah toko.

Lihat selengkapnya