PEREMPUAN PALING BAHAGIA

Ragiel JP
Chapter #18

KOTAK PANDORA

Semakin mengenal Nolan dan Renata, rasa bersalah yang muncul di benak Tantri kian membesar mengingat misi balas dendam yang tengah dia rencanakan. Dirinya kembali bertanya-tanya haruskan melanjutkan misi ini setelah mengetahui Nolan tidak seperti yang dibayangkan? Belum lagi sikap Renata yang sedikit banyak mengingatkan pada Oma Ratna. Rasanya tidak tega menyabotase pesta pernikahan perempuan bak dewi itu demi masalah pribadi Sonya.

Namun, bila mengingat bagaimana rapuhnya Sonya―dan dia juga merasa apa yang sahabatnya rasakan, Tantri kembali berpegang teguh pada keyakinan. Dia harus memberi Nolan pelajaran, tidak perlu berlebihan, cukup pelajaran kecil supaya Nolan sadar menyakiti hati perempuan merupakan tindakan menjijikan.

Hari Rabu biasanya tidak seramai hari-hari biasanya. Tantri sedang berada di dalam ruangannya untuk mengecek sudah sejauh mana persiapan pernikahan Renata, memastikan pesanan hidangan penutup tidak ada yang terlewatkan. Mengecek buah-buahan yang dipesannya tidak terlewat.

Tantri tidak ingin kejadian buruk kembali terulang. Saat Kalyana Bakery baru berumur satu tahun, dan tokonya mendapatkan pesanan menyiapkan hidangan penutup di acara peresmian sebuah gedung, dan sialnya salah mencatat jumlah pesanan yang berakibat pelanggan kecewa dan menuntut ganti rugi karena pesanan tidak sesuai yang keinginan klien.

Setelah memastikan semuanya cocok. Tantri kembali melihat resep-resep di internet untuk dicoba di rumah nanti. Matanya kemudian teralihkan pada sebuah artikel yang membahas tentang pernikahan seorang arsitek terkenal dengan desainer bernama Helen. Dada Tantri terasa nyeri kembali saat mengetahui perempuan itu merupakan calonnya Julian.

Di foto itu mereka berdua terlihat tersenyum bahagia. Julian menatap Helen dengan tatapan mendamba—tatapan yang dulu sering diberikan untuknya. Tantri cepat-cepat menutup laptop saat kenangan bersama Julian berputar seperti kaset film, seolah-olah Julian sedang mengejek akan kesetiaan dan kebodohannya.

Tantri bangkit menuju dapur. Dia harus mengalihkan kenangan masa lalu dengan membuat kue dan berharap pikirannya teralihkan.

Bening tersenyum saat Tantri kembali ke pantri. Melihat mata Tantri yang sendu, dirinya tahu kalau chef panutannya itu sedang bersedih.

“Nolan cowok yang menyenangkan, ya, Chef,” ujar Bening setelah merapikan cupcake di atas piring, dan menghiasinya dengan rasberi segar. “Nggak nyangka ternyata dia masih ingat aku. Padahal sudah lama banget nggak ketemu.”

Bayangan Nolan kembali merasuk ke kepala Tantri. Senyum Nolan langsung menular seperti virus. Kenangan-kenangan memalukan dan lucu saat bersama pemuda bermata kelabu itu seperti karamel membasuh rasa pedas. Sifat Nolan yang sok dan penuh humor selalu membuatnya tertawa.

“Namanya juga playboy,” celetuk Herman yang telah selesai menata kukis di toples kaca dan diberi hiasan gula bubuk. “Tentu saja dia ingat sama cewek cantik.”

Kedua pramusaji pura-pura terbatuk mendengar ucapan Herman.

“Jadi menurutmu Chef Bening itu cantik, ya, Man?” tanya pramusaji pertama.

“Apa kubilang,” imbuh pramusaji kedua. “Sudah lama curiga kalau sebenarnya Herman naksir sama Chef Bening.”

Ilyas bersiul membuat Herman semakin malu. “Jadian-jadian …”

“Apaan, sih, kalian ini,” wajah Herman semakin memerah. “Kalau ngomong suka sembarangan.”

“Jadi beneran kamu naksir Bening, Man?” ledek Tantri tidak mau kalah. “Bagaimana kalau hari ini kita tetapkan hari jadian mereka?”

“Setuju, Chef,” ucap Ilyas semangat. “Traktir nanti jangan lupa. Pajak jadian.”

“Chef Tantri, ih, jangan ngomporin gitu dong,” kekeh Bening. “Lagian nggak mungkin kita jadian. Herman, kan sudah punya cewek, takut kalau dilabrak ceweknya.”

Lihat selengkapnya