PEREMPUAN PALING BAHAGIA

Ragiel JP
Chapter #21

PEREMPUAN BERAMBUT MERAH

Waktu seperti berjalan begitu cepat. Tidak terasa pernikahan Renata tinggal menghitung hari. Segala persiapan pernikahan sudah siap. Tempat sudah didekorasi sedemikian rupa. Kue-kue berbagai jenis, warna dan rasa juga sudah siap menjamu tamu. Buah-buahan dengan lelehan cokelat dan celupan keju sudah dipersiapkan penuh ketelitian.

Dada Tantri selalu berdebar tidak karuan setiap mendekati hari H. Walau sudah lebih dari lima tahun berkecimpung di dunia bakery. Bahkan kemarin malam sampai tidak bisa tidur karena takut rencananya terbongkar dan membuat hubungan dengan Renata dan Nolan hancur berantakan.

Hidupnya sudah kembali normal. Tidak ada lagi kesedihan akibat pengkhianatan Julian. Tantri sengaja menyibukkan diri dalam pekerjaan. Bahkan semalam dia menghabiskan waktu bersama Nolan.

“Sampai bosan dengar ocehan Renata menjelang hari H,” ucap Nolan terkekeh saat mereka makan malam di rumah Tantri untuk merayakan ulang tahun Atma.

“Itu wajar, banyak klien juga yang menjadi lebih cerewet menjelang hari H. Pasti Renata sangat cemas dan nggak sabar.”

Nolan kembali terkekeh seraya memasukkan sesendok nasi kuning ke mulut. Dia kemudian memanggil Atma dan menyerahkan sebuah kado. Wajah Atma terlihat sedih saat ibunya tidak bisa hadir karena ayah tirinya sedang sakit, jadi tidak bisa meninggalkan sendirian di rumah.

Dengan antusias Atma membuka bungkusan kado yang ternyata berisi sebuah robot Superman yang bisa bertransformasi menjadi mainan lain seperti mobil atau truk dan dikendalikan dengan remote control.

“Robot ini juga bisa merekam,” terang Nolan. “Jadi mulai sekarang Atma nggak boleh sedih lagi. Superman akan selalu menemanimu.”

Atma langsung memeluk Nolan, lalu berlari ke teras rumah.

“Makasih, Lan, karena berhasil menghibur Atma. Sekarang kamu tahu gimana ibuku, sebab itulah kami nggak akur.”

Nolan yang tidak ingin terlalu ikut campur hanya tersenyum menguatkan.

***

Semua karyawan tersenyum saat melihat Tantri masuk dengan wajah ceria ke toko. Dirinya mempunyai dugaan kalau para karyawan tahu perihal hubungannya yang semakin dekat dengan Nolan, apalagi setelah kemarin mereka datang ke acara ulang tahunnya Atma dan memergoki Tantri sedang duduk berduaan dengan Nolan.

“Pagi, Chef,” sapa Bening saat Tantri bergabung di dapur. “Hari ini terlihat lebih cantik dari biasanya. Pasti lagi bahagia, ya?”

“Tentu saja bahagia dong, Ning,” timpal Sinta yang tidak mau kalah. “Soalnya masih pagi saja udah dapat titipan bunga dari cowok ganteng.”

“Titipan?” Tantri menyengeritkan kening.

“Tadi pagi Nolan datang ke sini dan menitipkan sesuatu,” Bening bergegas ke sebuah meja di ujung, lalu semenit kemudian kembali dengan sebuah buket bunga mawar putih. “Nih, Chef.”

Tantri menerima bunga itu dengan perasaan hangat. Dia mencium bunga itu—aromanya sangat harum. Seolah-olah baru tersadar dari apa yang dilakukannya, Tantri cepat-cepat membawa bunga itu ke ruangannya dan menaruh di atas meja kerja.

“Sepertinya Nolan menyukaimu, Chef,” terka Bening ketika Tantri kembali ke dapur. “Mata Nolan seolah-olah memancarkan cahaya cinta saat menyerahkan buket bunga itu.”

“Aku juga setuju,” imbuh Sinta merapikan cupcake di piring saji dan menatanya di etalase. “Jadian aja, Chef.”

Tantri hanya memutar bola mata. “Dia menyukai semua cewek, Nolan, kan, playboy.”

“Iya, sih, dia memang terlihat seperti playboy,” imbuh Bening. “Nolan selalu saja membuat sebal cewek-cewek yang menyukainya. Termasuk aku dulu—sekuat apa pun menarik perhatian Nolan, tapi nggak pernah berhasil.”

“Nggak dapat kakaknya, adiknya diembat juga,” celetuk salah satu pramusaji. “Nolan saja gantengnya nggak manusiawi, apalagi adiknya, ya.”

“Ian memang tampan, tapi dia nggak punya kharisma seperti Nolan.”

“Tampaknya Nolan punya sesuatu yang bisa dibanggakan, ya?” imbuh Winda.

“Itu jelas.” Bening mengambil dua butir telur dan memisahkan kuning dan putih telur di mangkuk berbeda “Nolan mempunyai pesona yang bisa membuat gadis yang berjalan bersamanya menjadi sombong.”

“Yang benar saja,” Tantri mendengkus. “Menurutku dia sok.”

Lihat selengkapnya