Tantri sangat terkejut saat melihat kemunculan Sonya di depan rumah. Ini bahaya sekali kalau Nolan memergoki mereka.
“Baru pulang, ya?”
Tantri melihat sekeliling untuk memastikan keadaan aman. “Ceroboh sekali datang ke sini tanpa ngabarin dulu. Gimana kalau Nolan sampai tahu?”
“Nolan nggak akan tahu, Tri.” Sonya nyengir. “Ini sudah jam sepuluh malam, dan Atma lagi nggak ada di rumah, makanya datang ke sini menenin kamu.”
Rumah sudah rapi dan wangi saat Tantri masuk. Dia baru merasakan betapa sepinya keadaan rumah tanpa keberadaan Atma. Hari ini Bintang Kehidupan sedang melakukan kegiatan alam dan Dokter Thomas meminta Atma juga ikut karena akan berguna untuk perkembangan mentalnya.
“Kamu nggak takut tinggal di rumah sendirian, Tri?” Sonya merebahkan tubuh di atas sofa empuk. “Kalau malam begini serem juga.”
“Biasa saja” Tantri ikut menyandarkan punggung yang pegal di sofa. “Aku udah biasa tinggal sama Atma.”
“Minimal belilah hewan peliharaan,” saran Sonya. “Kucing atau anjing gitu, kek, biar nggak sepi-sepi amat ini rumah.”
“Siapa yang mau ngerawatnya coba?” Tantri memutar bola mata. “Seharian sibuk di toko, mana sempat ngurusin peliharaan. Pernah nyoba pelihara ikan hias malah mati sehari kemudian karena lupa ngasih makan.”
Sonya terkekeh. Tantri memang payah dalam merawat binatang peliharaan.
“Ngomong-ngomong kamu dari mana?” tanya Tantri beranjak ke dapur. “Mau teh?”
Sonya menggeleng. “Tadi habis nganterin ibu ke Stasiun Tugu.”
“Memangnya mau ke mana?”
“Surabaya. Ada saudara jauh yang mau melangsungkan pernikahan.”
“Nggak ikut?”
“Males, ah, kalau ikut pasti ditanya kapan nikah.”
Tantri kembali duduk di sofa dengan tangan memegang mug yang mengepulkan uap panas beraroma mint.
“Bagaimana rencana kita, semuanya berjalan lancar, kan?”
Tantri mengangguk. “Lain kali kalau mau datang kabarin dulu, gimana kalau Nolan tiba-tiba datang ke sini?”
“Nolan nggak akan datang ke sini. Kamu bukan perempuan yang suka menerima tahu di atas jam sembilan malam, dan pastinya Nolan tahu itu.”
“Tapi tetap saja bahaya kalau Nolan sampai tahu kita saling mengenal. Apalagi sekarang dia sering datang nengokin Atma.”
“Iya-iya, besok kalau mau datang bakal mengabarin dulu.” Sonya mengibaskan tangan. “Kamu jadi paranoid sekarang.”
“Hanya untuk berjaga-jaga.”
“Oh, ya, hampir lupa.” Sonya menepuk kening. “Kudengar si berengsek Julian akan menikah di Bali.”
“Tahu dari mana?”
“Tadi mampir ke restorannya Valentine, dan dia ngasih tahu kalau lusa Julian akan menikah.”
Rasa nyeri kembali berdenyut, tapi anehnya sudah tidak begitu menyakitkan. Dia sudah meyakinkan diri tidak ada gunanya bermuram durja demi lelaki seperti Julian
“Apa kamu mau datang, Tri?”
Tantri menggeleng. “Ngapain datang ke sana, Nya? Yang ada kelihatan tolol banget kalau sampai datang ke pernikahan itu.”
“Sebaiknya kita datang, Tri,” wajah Sonya berapi-api. “Buktikan sama Julian kamu baik-baik saja tanpa dia.”