“Tenangkan dirimu, Renata,” bisik Nolan berusaha memegangi lengan Renata yang tegang bukan main saat musik yang sebagai penanda mengalun pelan. Di tengah altar, Christian sudah menunggunya dengan tampilan yang menyerupai tokoh fiksi mahasempurna. Dengan langkah pelan dan anggun, Renata mengimbangi langkah Nolan dengan ekspresi campuran antara bahagia dan canggung.
“Aku memegangmu,” bisik Nolan mengelus lengan Renata. “Tarik napas dan embuskan perlahan.”
Renata menarik napas dan mengembuskan perlahan. Dia benar-benar tegang sekarang ketika melangkah satu-satu seirama musik yang bertempo lambat. Renata bisa mendengar debar jantungnya sendiri, pipinya memerah karena aliran darah mengalir deras ke pipi. Ketika semua tamu berdiri, dan di depan sana―di atas altar yang dipayungi untaian bunga-bunga putih, sudah menunggu seorang lelaki yang tersenyum cemerlang ke arahnya.
Ledakan kecil muncul begitu Renata berjalan bersama Nolan menuju pusat altar. Semua tamu undangan menahan napas dengan takjub ketika melihat bunga-bunga bermekaran dari dalam sulur-sulur rambat menuju altar.
Tantri yang berdiri bersebelahan dengan Regina mengembuskan napas lega melihat semua berjalan sesuai rencana. Kejutan bunga-bunga yang bermekaran tampaknya berhasil membuat semua tamu terpukau.
“Aku kepengin nangis jadinya,” bisik Regina menyeka air mata. “Kamu benar, Tri, ledakan bunga-bunga itu menakjubkan, dan entah kenapa mengingatkan momen pernikahan dengan Glen.”
Glen yang berdiri di sebelah Regina langsung mengecup pipi istrinya dengan sangat cepat, membuat wajah Regina semakin bersemu merah.
Tantri ikut merasa bahagia karena berhasil mewujudkan pernikahan impian Renata. Dia melihat betapa cantik dan berbinarnya wajah Renata. Perempuan itu pasti bahagia sekali karena mendapatkan suami sebaik Christian. Begitu juga dengan Nolan, Tantri harus mengakui pesona Nolan luar biasa menakjubkan. Dengan setelan jas hitam yang dikenakan membuatnya terlihat seperti pangeran turun dari langit. Tidak heran banyak tamu yang berbisik-bisik mengatakan Nolan sangat tampan.
Christian sangat kagum dengan dekorasi pernikahan yang membuat mereka menjadi pusat perhatian. Tantri benar-benar memberikan kejutan dengan sulur-sulur ajaib yang membuat wajah Renata berkilau seperti peri saat hujan kelopak bunga menyirami dari langit-langit tenda.
Ketika kedua pengantin sampai di altar, lalu mengucapkan janji suci pernikahan. Semua tamu bertepuk tangan meriah ketika kedua mempelai mengikrarkan janji setia. Setelah sang pendeta mengatakan mereka berdua sudah sah menjadi sepasang suami-istri, Christian mengangkat tangan, lalu menyentuh wajah Renata dan menciumnya.
Para tamu kembali bersorak saat kedua mempelai berpaling ke arah para tamu. Wajah Renata dan Christian berbinar penuh kebahagiaan. Para kerabat kemudian memeluk Renata dan Christian untuk mengucapkan selamat. Dan ketika tatapan Tantri bersirobok dengan Nolan, sebuah sengatan aneh menyentuh hati Tantri. Entah kenapa dia ikut merasa bahagia saat Nolan tersenyum sangat manis kepadanya.
Ketika Renata melemparkan buket bunga yang dipegang, Tantri menahan godaan untuk tidak ikut menangkap buket bunga itu. Dan yang akhirnya mendapatkannya sepupu perempuan Christian.
Semua undangan yang hadir sangat puas dengan pesta ini. Mereka dijamu dengan makanan lezat yang dimasak salah satu koki handal—Brian. Mereka menyukai semua hidangan penutup, bahkan ada tamu yang terang-terangan akan memesan kue untuk acaranya yang akan datang.
Tantri sangat puas dengan hasil kerjanya kali. Hanya satu yang ditakutkan sekarang—misi balas dendam.
Wajah Renata dan Christian semakin terlihat berbinar ketika semua kerabat Christian mengucapkan selamat untuk pernikahan mereka. Renata yang melihat keberadaan Tantri segera memeluknya dengan sangat erat.
“Terima kasih untuk semuanya, Tantri. Aku benar-benar terharu, pesta ini luar biasa indah.”
“Aku yang seharusnya berterima kasih,” jawab Tantri ketika melepaskan pelukan. “Karena sudah memercayakan semua ini padaku. Selamat atas pernikahan kalian, semoga tetap langgeng sampai akhir hayat.”
Renata kembali mengecup kedua pipi Tantri. “Senang mengenalmu. Boleh aku mengajukan sebuah permintaan?”
“Permintaan apa?”
“Tolong jaga dan rawat Nolan,” katanya lembut. “Setelah ini, aku nggak lagi tinggal bersama dia dan Nolan pasti kesepian. Ian juga akan kembali ke Australia minggu depan.”
Tantri sama sekali tidak menyangka akan mendapat pernyataan seperti ini dari Renata. Perasaan bersalah dan gelisah kembali menggerogoti hati. Tantri berani bertaruh Renata akan sangat kecewa begitu tahu tujuan semua ini hanyalah untuk balas dendam terhadap adiknya.
“Kenapa diam, Tantri?”
Jantung Tantri berdebar sangat kencang ketika melirik arloji. Waktunya sebentar lagi tiba. “Aku rasa Nolan bisa mengurus dirinya sendiri.”
Renata menggeleng. “Itu nggak benar. Nolan benar-benar nggak bisa hidup sendiri, dia selama ini kesepian.”
“Tapi banyak perempuan yang menyukai Nolan,” kata Tantri lagi. “Pasti di antara tamu undangan ada yang menjadi tamu spesial untuknya.”
“Sama sekali nggak ada,” Renata tersenyum. “Nolan bukanlah tipikal lelaki yang mudah jatuh cinta karena begitu pemilih. Selama ini dia selalu menghindari kejaran gadis-gadis yang tergila-gila padanya. Tapi begitu bertemu denganmu, Nolan sedikit berubah.”
“Berubah bagaimana?”
Renata kembali tersenyum. “Aku rasa Nolan menyukaimu.”
Perasaan bersalah kembali menyerang benak Tantri mendengar pernyataan Renata. Apa benar Nolan menyukai dirinya? Atau memang ini salah satu taktik untuk mendapatkan mangsa seperti yang dilakukan kepada Sonya.
Christian datang dan langsung menggandeng tangan Renata. “Halo, Chef, kamu cantik sekali.”
Tantri tersenyum canggung. “Selamat atas pernikahanmu, Christian.”