Tantri begitu gelisah begitu melihat foto itu. Selama ini dia tidak pernah mengira Nolan menjalin hubungan serius dengan perempuan, bahkan hingga ke jenjang pernikahan. Tantri hendak menanyakan kepastia hubungan antara Nolan dan Sonya, tapi Sonya tidak pernah aktif. Bahkan ibunya pun tidak mengetahui keberadaan Sonya karena terakhir bertemu, Sonya mengatakan ingin berlibur.
Atma mengetuk pintu kamar Tantri untuk mengajaknya sarapan. Aroma makanan menguar dari dapur, dan Tantri terkejut saat melihat ibunya sedang membantu Bi Sumi menyiapkan sarapan.
“Sudah bangun, Nak?” tanya Bu Irma tersenyum seraya membalik telur dadar di wajah. “Duduk dulu, sebentar lagi sarapannya siap.”
Bi Sumi menuangkan air putih hangat ke gelas dan menyerahkan pada Tantri.
“Kenapa nggak ngabari dulu kalau mau datang?”
“Ibu sudah ngabari Atma kemarin malam,” ujar Bu Irma menambahkan sejumput kaldu jamur ke nasi goreng yang tengah dimasak. “Apa kamu lupa kalau sekarang ulang tahunnya Oma Ratna?”
Tantri melongo karena kejadian beberapa hari ini mengacaukan pikiran sampai-sampai dia melupakan hari ulang tahun perempuan yang sangat disayanginya.
“Sarapan sudah siap,” Bu Irma meletakkan nasi goreng di atas meja. “Makan yang banyak, Nak. Setelah ini kita mengadakan doa bersama untuk almarhumah Oma Ratna.”
Tantri melihat ada rasa canggung di wajah Atma saat ibunya mencoba mengakrabkan diri. Tantri tahu, semarah apa pun sama ibunya, tapi tidak bisa membenci perempuan itu.
Setelah sarapan, mereka melakukan doa bersama untuk mendoakan Oma Ratna. Air mata Tantri kembali menetes saat teringat kenangan bersama Oma Ratna. Begitu juga dengan ibu dan Atma, wajah mereka juga terlihat sedih.
Bel kembali berdering setelah selesai doa bersama. Bi Sumi membuka pintu, lalu sangat terkejut melihat beberapa kerabat berdatangan ikut merayakan ulang tahun Oma Ratna.
Dokter Thomas datang bersama Regina, Glen, Carissa, Ruben dan Lyra. Mereka ikut mendoakan Oma Ratna dengan tulus. Regina terlihat yang paling sedih. Dia berkali-kali menyeka air mata.
“Biar ibu yang siapkan makanan untuk para tamu, Nak,” ucap Bu Irma menatap haru kerabat yang berkumpul di rumah. Perasaan aneh langsung menggerogoti benak. Betapa selama ini telah menciptakan jarak yang begitu jauh dengan kedua anaknya.
Tantri mengeluarkan kue-kue dari dalam kulkas dan menyajikan ke para tamu. Atma terlihat sangat bahagia saat Regina memberikan sebuah kado berisikan seperangkat alat lukis lengkap.
“Bisa bicara sebentar, Tantri?” ucap Ruben pelan ikut tertawa melihat kehangatan keluarga Tantri.
Tantri mengangguk, lalu mengajak Ruben itu ke teras.
“Aku udah mendengar semuanya dari Nolan tentang rencana balas dendam,” ucap Ruben membuat Tantri salah tingkah. “Sepertinya ada beberapa hal yang perlu kamu tahu kebenarannya supaya kalian nggak salah paham.”
Tantri gelisah membayangkan Nolan. Apa ucapan kemarin membuatnya semakin terluka?
“Kemarin aku ketemu Nolan,” ucap Tantri lagi. “Ruben, ada beberapa hal yang mau kutanyakan.”
Tantri kemudian menceritakan alasan kenapa mau membantu Sonya, tuduhannya terhadap Nolan yang maniak seks, hingga rasa penasaran perihal Kania.
“Kamu benar. Kania itu tunangan Nolan yang telah meninggal karena kecelakaan. Kania langsung meninggal tepat di hadapan Nolan. Bayangkan betapa terguncangnya Nolan saat insiden itu terjadi. Dia menjadi trauma dan butuh waktu bertahun-tahun untuk menyembuhkan rasa bersalah atas kematian Kania.”
Dada Tantri terasa nyeri saat rahasia lain Nolan perlahan terungkap. Dia bisa memahami bagaimana perasaan Nolan sekarang. Tidak seharusnya dia menuduhnya sebagai seorang maniak.
“Kalau soal hubungannya dengan Sonya aku nggak pernah tahu. Setelah insiden yang menimpa Kania, Nolan selalu menutup hati untuk gadis lain lain. Memang banyak yang tergila-gila sama Nolan, tapi nggak ada yang berhasil mendapatkan hatinya. Tapi sejak bertemu denganmu, Nolan sudah mulai membuka hatinya. Dia terlihat lebih ceria. Kalau menilai Nolan berengsek, itu semua salah besar. Nolan pemuda yang sangat setia.”
***
Tantri masih berusaha menghubungi Sonya untuk menanyakan apa benar-benar melakukan tindakan itu? Atau ini hanya akal-akalan Sonya untuk mendapatkan Nolan. Rasanya aneh sekali melihat Nolan tidur dengan perempuan tanpa adanya perasaan cinta. Apalagi Nolan sama sekali tidak mengelak kalau mereka pernah tidur bersama.
Espreso dingin yang ada di hadapan tidak membuat Tantri merasa tenang. Bayang-bayang Nolan selalu berputar di dalam kepala. Rasa rindu dengan lelaki beraroma musk itu perlahan-lahan menyusup ke dalam hati. Bagaimana tawa Nolan, suara Nolan yang berat dan seksi, senyum yang memesona serta mata kelabu yang luar biasa. Tantri menyadari betapa kesepian selama ini, lalu hidupnya berwarna setelah mengenal Nolan.