Perempuan Pencari Surga

Arya Gemilang
Chapter #1

1. Petak Umpet

Hidup bagai siklus roda yang berputar dan terus melaju. Ada kalanya proses menuju kedewasaan tidak semudah orang berjalan di atas jalanan beraspal yang mulus, lurus tanpa hambatan. Aku sendiri mengalami siklus hidup yang tidak karuan. Naik dan turun. Masa sekolah menengah atas adalah titik dimana aku merasa sangat terpuruk. 

Saat itu aku sangat marah pada diriku sendiri, dimana hal yang seharusnya terjadi, malah terjadi padaku. Aku akui bahwa diriku hanya manusia dengan banyak kesalahan, akhlak ku tidak sesempurna Rasulullah. Karena itu aku memutuskan untuk berubah kearah yang lebih baik. Aku tinggalkan kemaksiatan yang aku lakukan semasa sekolah SMA dan menahan diri saat kuliah. Kini delapan semester telah berlalu dengan lancar. Walau kadang godaan makhluk masih saja menghampiri, aku teguhkan niat untuk tetap istiqamah.

Rencananya aku ingin lulus tepat waktu dan mengambil pekerjaan kantoran biasa. Karena sekarang Ayah duda, aku khawatir ayah akan memaksakan diri untuk lembur di kantor. Sehingga aku juga harus berkerja paruh waktu selepas kuliah. Kesehatannya agak menurun pagi ini. Mungkin setelah kerja paruh waktu, aku akan mampir ke apotek untuk membeli beberapa vitamin. Mengenai kehidupan di kampus, aku menjalaninya dengan baik. Walaupun seringkali aku dikejar oleh adik tingkat yang selalu mencariku untuk mempertanyakan hal-hal random. Dia adalah Risa, kadang pertanyaan Risa menyentil ke hal yang sensitive dan membuatku agak risih dengannya.

"Dia udah nggak ada?" tanyaku pada Ridwan teman satu angkatan. Memastikan bahwa Risa sudah tidak ada didepan ruangan perpustakaan yang kami gunakan untuk mengerjakan skripsi.

"Udah nggak ada," jawabnya sambil membawa buku besar sambil berlalu. Aku mengikutinya bergegas. Tugas skripsi telah selesai dan aku siap untuk kerja paruh waktu.

"Lagian lo kenapa sih? Udah gede masih aja main petak umpet," gerutunya.

Aku mendengus kasar sambil berjalan dengan langkah lebar, "Lo kayak nggak tahu aja, Risa itu bikin gue risih dengan pertanyaan-pertanyaan dia yang makin absurt tiap harinya." 

Ridwan tertawa mengejek, "Gue heran aja, lagian kalau lo nggak mau ditanyain terus-terusan tinggal bilang aja, that's simple."

"Ini nggak sesimpel yang lo bayangin, udah gue jelasin juga besoknya dia cari gue lagi! Udah ratusan kali malah!" jelasku. 

Ridwan terkekeh, "Lo lucu, didekati cewek tapi nggak peka," katanya.

"Gue akuin sih, Risa pantang menyerah buat dapetin perhatian lo." 

Aku bukannya tidak sadar bahwa mungkin Risa tertarik padaku, tapi aku hanya tidak ingin berhubungan dengan siapapun untuk sekarang. Aku tidak ingin menjalani hubungan yang akan mendatangkan mudharat padaku. Tidak lagi setelah tragedi yang terjadi empat tahun yang lalu.

"Gue lebih memilih menghindari dosa dari pada merespon kodenya dan memberikan harapan. Lo mungkin mikir gue bego, tapi gue sama sekali nggak tertarik buat pacaran atau apapun itu," tuturku dengan tenang.

"Gue lebih baik nikah muda dari pada harus pacaran." Lanjutku.

Ridwan berhenti sejenak dan tangan kanannya merangkul bahuku, "Gue ngerti kenapa banyak perempuan diam-diam jatuh hati sama Syabil Ramadhan sahabat gue ini. Ternyata selain tahu cara bagaimana memperlakukan wanita dengan baik, lo sangat menghargai komitmen," akunya.

Lihat selengkapnya