Sahdunya Hati Mendung
Hari minggu terlewati sudah, embun masih utuh menggunduk di atas dedaunan, sebagian telah dilalap burung- burung dan sisanya mulai diusir semburat sinar matahari yang mulai tak sabar hangatkan bumi,ayam jantan jeda suara dan mulai bangkit menyambut indah nyanyian burung- pagi, dari rongga -rongga dengar Sasun, ada sinyal fungsi alam yang mulai bangun,otaknya kian konek sebab telah hilang rasa lelah dan berganti semangat baru, Setelah dilirik ke sudut- sudut tempat celah biasa matahari masuk ke ruang-ruang rumah,dan bulatan jam menggelantung di tembok kamar, ada tanda hari mulai melangkah ke arah siang, seketika itu juga benak Sasun tertuju pada ruang kelas lengkap guru pengajar dan rumitnya rumus-rumus hitung yang mereka harus ingat,juga satpam sekolah yang berdiri tegap dengan kata-kata tegas dan bertanya " kenapa dan mengapa" simpel memang pertanyaan itu namun terkadang keras, bahkan sekeras aspal jalan ke sekolah yang selalu dilewati hanya di sana tak ada lobang-lobang kata, sebab ucapan penjaga gerbang sekolah itu lebih panas dari pada saat aspal tertimpa sinar matahari. Bagai kelelawar malam langkah dan gerak cepat mengejar waktu Saat Sasun sadar dan tinggalkan mimpi indah semalam yang meninabubukkan dirinya, setelah otaknya lengkap dengan ingatan tentang tugas pagi seorang anak sekolah dan kebetulan saat itu hari pertama ujian semester ganjil, Sasun mandi dan pakai seragam cepat,juga sarapan kilat, karena hanya dengan cara itu dirinya bisa terhindar dari sungut satpam yang berkesan " sok tahu" tentang siswa terlambat datang sekolah.Lima puluh meter lagi pos satpam sekolah bakal dilewati, Sasun tengok jam tangan di sebelah tangan kiri,hatinya agak tenang sebab masih ada sepuluh menit lagi jam pelajaran di mulai sehingga tak perlu repot dengan pos satpam . Setiba di tempat parkir , langsung berhenti dan sebelum tinggalkan motor Sasun sempat tengok wajah di spion pastikan hari itu ia tampil menawan.bibir memerah bekas lipstik di rumah diurus kembali agar lebih pede sebab penampilan mengalahkan segalanya sekalipun dengan nasip tragis yang kemungkinana dialami ketika mengjadapi soal-soal ujian ,begitu juga tas sekolah beserta peralatan dipastikan tak ada yang ketinggalan,setelah dibalikkan badan sambil raih tas yang dikaitkan di bagian bawah tempat biasa motor metik taruh tas, tak disangka dari arah belakan datanglah Yanti, teman duduk satu meja, " Hai.... Sun...pa kabar", sapa Yanti, yang saat itu tampil segar, rambut semampai hiasan bahu dan aroma parfum melambungkan angan kesan cewek cantik pemakainya, keduanya jabat tangan dan saling senyum, "kabar baik, sebaik hari ini dan semoga seperti harapan kita bersama, Aminn" ,jawab Yanti sambil taruh motor bersebelahan dengan motor Sasun harapkan ketika pulang nanti bisa pulang bersama- sama.setelah helm dilepas dan taruh pada tempat kaitkan helm mereka saling pandang sinyal bahwa mereka adalah sahabat akrab." Aku yakin berat bahwa semalam kau belajar penuh kan....?," Tanya Sasun,sambil benahi rambut yang menjuntai ke bawah hingga bawah bahu, disibakkan rambut itu berurai - urai untuk temukan penampilan pede pada dirinya. " Emangnya kalau aku belajar penuh semalam kenapa?, ....berarti kau sendiri tak sentuh buku semalaman, ya...? " Tanya Yanti kembali, Sambil berjalan menuju ke arah ruang kelas tempat keduanyawnjawab ulangan mereka terus saling ucap kata satu sama lainnya seperti biasa ketika mereka saling berjumpa,keduanya memang bersahabat sejak mulai masuk sekolah hingga kini dan belum pernah terjadi salah paham yang berarti,mereka cocok sebab sama-sama doyan ngomong, sambil keduanya saling bicara diantara hitungan langkah kaki menuju sebab beberpa langkah lagi kaki akan injak teras gedung sekolah, kemudian sassun berucap..." Terima kasih Tuhan, kita telah sampai di sekolahan ....", ucap Sasun setelah injakan kaki di teras depan tanda telah tiba di sekolah dengan selamat." Yan,....ijinkan aku sejenak berdoa,Ya Tuhan,...semoga yanti, teman ku ini semalam telah belajar dengan baik sehingga jika aku tak bisa menjawab soal- soal engkau bantu dia menjawabnya....", canda Sasun setelah mereka duduk di bangku depan ruang kelas saat menunggu waktu ujian semester ganjil dilaksanakan.