Perempuan Penyeberang Batas

Adi Suyanto
Chapter #5

Ketika Sedang Tak Ada Pengawas Hati

Ketika Sedang Tak Ada Pengawas Hati

Hari demi hari jadwal ulangan bersama dilalui dengan damai, lengkap dengan intrik, ketegangan juga kebahagiaan, ada siswa yang mengelabuhi pengawas dengan berpura-pura ke kamar mandi untuk mendapatkan jawaban yang dimaksud, sebagian membaca ulang kode- kode tertentu yang tertulis pada bagian tangan, sementara lainnya sibuk bagi- bagi jawaban, hanya itu yang mereka bisa dilakukan bagi diri yang tak ingin lampu merah menyala di buku rapor. Hari itu jadwal akhir ulangan bersama ,besok pagi mereka bisa bangun agak kesiangan. Semua siswa telah menempatkan diri di kursi masing-masing sesuai dengan nomor meja yang ada, soal ulangan telah dibagi rata di depan murid- murid dalam keadaan terbalik untuk tertibnya sebuah proses. beberapa saat kemudian semua siswa boleh mulai bekerja dengan tenang. Pengawas mulai sibuk dengan tugasnya berkeliling dari satu deret meja ke deret lain untuk menemukan siswa yang berlaku curang. Bagai burung elang di ladang kelinci dan siap menerkam mangsa saat target lengah, begitupun ketika ada murid yang ketahuan curang maka akan berurusan dengan pengawas. Bagi Sasun waktu itu bukan hari yang dirindukan yang sedang bertugas sebagai pengawas Pak Joko dan pengawas idaman sedang bertugas di ruang sebelah. Seandainya "sang sumber inspirasi" itu sedang bertugas di kelas yang ia tempati mungkin merupakan kesempatan yang sulit di dapat di lain waktu, hati agak adem dan sedikit tenang menghadapi ulangan , namun yang ditemukan adalah sebaliknya , tak tenang sebab tak ada dirinya , dia yang seharusnya juga berdiri di samping sebagai pengawas hatinya. "Sepuluh menit lagi waktu ulangan selesai, kalian harus cermat dan teliti, jika tak ingin menjadi pemilik lampu merah di buku rapor , maka kalian harus bisa menjawab dengan benar...!" Guru pengawas itu ingatkan para siswa. Di meja belakang tempat siswa laki-laki terdengar suara agak berisik, dan mengundang perhatian sang pengawas, kemudian dirinya mendatangi sumber berisik itu untuk menemukan akarnya " ada apa ini..., selasai belum?... jika sudah selesai boleh tinggalkan ruang kelas" begitu guru pengawas memberikan teguran, dan setelah tak ditemukan barang bukti kemudian guru pengawas kembali ke posisi awal, duduk di kursi guru depan. Bapak pengawas itu melirik ke segala arah berharap ada siswa yang tertangkap mencontek, lirikan merembet ke arah deretan kursi depan dan di dapati Sasun sedang membalik- balikan kertas jawaban seakan sedang ingin menemukan sesuatu pada kertas jawaban yang dipegangnya " ada apa Sun, selesai jawabannya...? ,kalau sudah boleh tinggalkan ruang kelas...!?" Kata Pak Joko, pengawas ulangan sambil beranjak dari kursi menuju tempat duduk Sasun. "Belum pak, masih ada beberapa yang memang sulit untuk dijawab," sahut Sasun sambil menatap ke wajah pak pengawas dengan tatapan lembut, berharap mendapatkan bantuan jawab . " Dua menit lagi waktu habis, pastikan jawaban kalian tak salah, cek ulang nama dan nomor ujian dengan teliti !" Pak Joko ingatkan para siswa kembali , "waktu habis, kalian boleh tinggalkan ruang kelas, ingat besok libur dan masuk kembali satu minggu kemudian " tambahnya, selanjutnya semua siswa pulang ke rumah masing- masing. Sasun dan kawan-kawan dengan suka-cita tinggalkan ruang kelas, sambil berjalan mereka bincangkan kembali ulangan yang baru saja selesai. Di tangga turun ke arah pintu keluar Sasun dan kawan-kawan berjumpa dengan pak Amirin, dirinya berjalan beda arah untuk menuju ke ruang kantor, " Siang pak ?" Sapa Sasun, "siang anak-anak...?" Jawab pak Amirin, Sasun sedang diantara kerumunan kawan-kawannya dan itu memaksa Pak Amirin menahan rasa yang ada, dan harus tergadaikan sesaat , dirinya hanya bisa memandang dengan rasa, begitupun Sasun. Dalam hati Sasun hal seperti itu bukan barang baru sebab setelah tiba di rumah mereka bisa saling berkomunikasi. Beberapa langkah dari belakang Yanti, teman baiknya menepuk punggung, " Hai Sun, gimana kau bisa jawab soal- soal dengan bagus...?" Tanya Yanti," ya sebagian, dan sisanya sama sekali tidak bisa..." Jawab Sasun "Sebenarnya aku tahu sumber dari sebagian yang kauaksud itu , jika pengawasnya adalah "pengawas mu" itu, pasti kau bisa jawab dengan benar semua.... Betul kan...?"candaan Yanti," terserah kau saja," jawab Sasun. Langkah demi langkah telah dijalani tak terasa tinggal beberapa langkah lagi tiba di tempat parkir motor , mereka hampiri motor masing-masing untuk pulang, begitu motor Yanti bunyi dirinya dengan lantang berseru " Sasun hari ini kita bebas merdeka, besok libur seminggu, mari kita pulang, berjumpa kembali pekan depan ...!?",sambil tancap gas Yanti keluar tempat parkir lebih awal dan satu demi satu kawan-kawannya menyusul mengikuti dia dari belakang, tak selang beberapa saat tempat parkir sepeda motor itu lengang hanya tinggal petugas parkir, begitu pun suasana di sekolah sepi tak ada satu murid pun melintas. Sepuluh menit kemudian Sasun tiba di rumah,rasa capek pikir akibat bergulat dengan soal-soal ulangan umum di sekolah, tensi pikir agak menurun, sepatu dan kaos kaki dilempar ke tempatnya juga tas sekolah dan kunci motor mengalami nasib sama, diambil gelas untuk sekedar air putih penghuni tenggorokan sebelum makan siang tiba. Di benak Sasun penuh dengan pikiran tentang ulangan juga sidia yang kini masih jadi ganjalan,dirinya tak sempat bincang bersama, juga dia yang tak bisa jadi pengawas ujian di kelas Saaun, tapi segelas air putih setidaknya sanggub menyudahi rasa capai dan haus untuk sementara itu. Rasa lapar mulai datang, jadwal makan sudah tiba namun belum ada sesuap pun barang masuk ruang penggilingan itu, makanan yang ibu sediakan di meja belum membuat bergerak merapat yang ada malas dan segunduk rasa lainnya warisan dari susana di sekolah beberapa waktu lalu. Pasukan ngantuk mulai intervensi dirinya dan program tv kesayangan belum ditemukan walau jari lelah, kedua katup mata mulai saling merapat, beberapa menit kemudia suara desis lirih terdengar dari kedua bibir tanda mimpi indah telah bersamanya.



Lihat selengkapnya