Bagai roda pedati pelan tapi pasti Cerminan semat pantas bersanding dengan kisah kasih diantara mereka berdua. Waktu berubah, begitupun hari dan bulan semuanya terangkum dalam kala, yang mengiringi roda cinta Sasun dan Amirin hingga bergulir sampai batas kekal tak berduga, penuh bunga juga syarat restu indah berpelangi . Sekarang telah datang waktu berbahagia, perjuangan sekolah terlewati dengan sukses, hasil ujian telah diketahui, pembagian rapor dan izasah tinggal menantikan waktu. Beban berat tertaruh sudah, bulir-bulir perjuangan hebat terlibas, juga kesabaran itu telah teruji baik dan semua pantas tertaruh dalam satu wadah dalam sebutan lulus. Rasa kantuk, malas dengan tugas,takut terlambat yang kemarin selalu mengiang di telinga kini sudah hilang masa berlakunya, tak ada lagi monster tugas dari guru menakutkan itu, walau harus tidur dan bangun pukul sembilan pun sukses setidaknya untuk minggu- minggu sekarang. Sekolah SMU menanti di depan mata, kebanggaan akademik itu kian nyata, sebentar lagi seragam SMP harus ditinggalkan dan bayangan masuk SMU negeri menanti dirinya agar ditempuh lekas. Hari sabtu,waktu yang ditentukan sekolah tinggal dua hari ke depan, tiba saat sakral penuh hikmat, pembagian ijazah itu akan dilaksanakan. Sasun ingat rencana sekolah dengan Yanti, mereka berdua tetap akan berlanjut dan menjadi kawan ke SMU, karena mereka terlanjur cocok hati dalam segala hal." Selamat siang ibu yanti, apa kabar...?" Canda Sasun goda Yanti, lewat phonsel ditangannya . " Apa kamu Sun... pasti baru bangun tidur ya...? nikmati saja waktu merdeka kau itu, biasanya jam 5 bangun, kini kau bisa daur -ulang bantal sampai lemas, ha...ha...ha...!" Candaan Yanti. "Tumben otak kau sudah encer, jam-jam begini, bukankah kemarin jam 8 masih mengendap...?"Tambah Sasun, "Eh bukan aku,....tapi kau, dari suara kamu, ada isyarat aneh...?", Tanya Yanti, " isyarat apa itu....?" Sasun balik tanya , " isyarat kau masih di tempat tidur, amit-amit Sasun, ...sadar diri, bangun, malu...?" Kata Yanti, sudahlah nanti ulang lagi, saya mau masak bantu ibu. Begitu Yanti akhiri ceramah singkat, kebiasaan diantara mereka tanda akrab berkawan. Beberapa saat kemudian phonsel Sasun kembali bunyi, "Ada apa lagi sayang..?" Tanya Sasun ." Ada yang lupa ku tanya, ...eh, bagaimana dengan pak guru mu itu...tetap kan ...?" Tanya Yanti usil, " Ya, iya lah...itu sudah pasti,walau kita berpisah lokasi, tapi hati kan gak pindah ha...ha...ha.....?" Jawab sasun syarat bangga hati "Dia sekarang mau daftar kuliah tahu...,!? Jawab Sasun, " Kalau dia nanti pindah hati gimana...?" Tanya Yanti, "Itu gak mungkin,..." Jawab Sasun, "Kalau ternyata iya gimana...?" Tanya Yanti kembali, " Kalau saya sih gimana nanti saja, kata dia kita harus kembali ke "barak" dulu saja , fokus ke sekolah maksudnya , malah dia bilang saya masih jauh dalam hal "cintrong," jika rejeki itu Tuhan telah atur, maka cinta pun juga sama begitu kata dia",Jawab Sasun "Malah bagus itu, berarti dia juga sebagai makluk laki-laki hebat, biasanya lelaki itu hanya penting dengan masalahnya sendiri, rasa egois maksud saya, tapi dirinya tidak...!?", kata Yanti, "Ya itulah makanya saya kian yakin, kalau dia bukan makluk akrab dengan kubangan air ", jawab Sasun, "Buaya maksud kamu...?"Tanya Yanti, " gak tahu lah kau sendiri yang menterjemahkan" Jawab Sasun. menutup obrolan dengan mematikan phonesel, kedua anak itu melanjutkan kegiatan masing-masing.