Hari sabtu yang dijanjikan tiba, pagi itu langit belum berkabar terang ,beberapa bintang pagi pun belum masuk ke tempat asal, hanya beberapa burung telah meninggalkan sarang menyambut datangnya hari. Jam 5 pagi, belum siang tapi ingatan Sasun telah lengkap sertai rencana indah hari itu, bayangan bahagia itu lengkap di benaknya, selembar kertas ijazah barang kemulyaan akan segera digenggam dengan lembut. Dirinya mulai sadar dari mimpi, satu- satu benak semakin lengkap, suara-suara burung pagi itu menggenapi suka- cita. " Halo say....baru bangun...?" Suara itu masih agak parau awali percakapan antara kedua remaja itu, datang dari phonsel Amirin menyusul tanda dering khusus penyertanya. " Selamat pagi pak ...?", Jawab Sasun dengan nada tak kalah parau dengan sebelumnya , itu suara Sasun terucap pertama kali pagi itu, dari atas tempat tidur, kepala masih lengket dengan bantal hanya kedua mata mulai berbelalak, "Bisa gak, istilah pak diganti dengan yang lain...?Tanya Pak Amirim." Maksud aku kau kan sudah lulus to... ?, dan peran ganda ku terhadap kau tak berlaku lagi, kemarin aku sebagai guru kamu tapi juga orang yang selalu kau rindu,jadi kini tinggal yang terakhir itu...?" Tambahnya lagi, " Siap pak, eh kak...mas ...?," Jawab Sasun grogi dan untuk merubah dari pak atau kak menjadi mas perlu penyesuaian. "waktu itu pernah kan kita bicara bahwa aku ingin kuliah agar tetap bisa menjadi seorang guru di SMP kita ,walau hanya sekolah suasta, tapi ijazah sarjana itu mutlak agar saya bukan hanya sebagai guru olah raga dan pramuka ..."kata Amirin kembali. Mendengar kata-kata itu Sasun balik tanya " . Bagus pak, terus sebaiknya ambil jurusan apa yang cocok,..? " Kalau saya, ...ya masih konsisten dengan apa yang selama ini aku lakukan, olah raga, agar prosfesi dan studi masih saling mendukung," Kata Amirin. " Bagaimana kalau jurusan bahasa, agar Mas Amirim bisa ajari saya buat puisi....", pinta Sasun, "Puisi.... Puisi apa Sun...?" Tanya Amirim," puisi cinta, agar aku tetap rasakan sentuhan- sentuhan itu,jika saat- saat terpaksa harus jauh dari Mas,...", jawab Sasun," Eh....,tadi ada istilah JIKA SAAT-SAAT TERPAKSA HARUS JAUH, maksudnya apa Sun, bingung aku..." Tanya Amirin, " Bagaimana sedihnya jika harus tak dekat dengan mas", jawab gadis remaja awal itu. Sambil dirinya lipat selimut dan bereskan bantal untuk beranjak dari tempat tidur. " Memang kuliah harus 24 jam sehari, harus 30 hari dalam sebulan, tak ada libur...? kan masih ada waktu KHUSUS BUAT KAU SEORANG agar tercipta puisi-puisi indah kesayangan mu itu...?" Jawab Amirin, "puisi...,puisi apa pak, ek...mas" tanya balik Sasun, " kata kau puisi CINTA....?, saya akan buktikan bahwa saya seorang ahli dalam berpuisi, apa lagi yang satu itu...," jawab calon mahasiswa itu, lagi pula bukan kah kau juga harus sibuk dengan urusan sekolah mu di SMU, pasti lebih perlu konsentrasi tak semudah kala di SMP kemarin...?",Udah dulu ya...,nanti kan ku buat sebuah puisi yang cocok untuk kamu seorang, dan setiap baitnya adalah pelangi indah di hati...?", kata Amirin, tapi..., apakah tiap kata adalah kerinduan...? " Tanya Sasun, selanjutnya Amirin mengakhiri pembicaraan di phonsel dengan ucapan, " sudah dulu ya, ketemu di sekolahan nanti, bukan kah hari ini saat yang kau tunggu, perpisahan dan bawa ijazah pulang ...,nanti telphon lagi, da...da...?", dan Sasun pun taruh phonsel untuk pergi ke kamar mandi. Beberapa saat setelah keluar Sasun sejenak termangu dengan nada - nada kata Amirin yang mengalir bagai sungai gangga ,lembut tapi penuh harapan. Waktu kian merambat, jarum jam di angka 6, tanda masih ada waktu untuk persiapan pergi perpisahan sekolah , hati bagaikan taman, penuh bunga dan semua harapan indah di setiap tangga hati anak belia itu. Sasun mulai beraktifitas rumah sebelum pergi ke sekolah sesuai jadwal hari itu, terima ijazah dan perpisahan. Bagai gayung bersambut phonsel kembali berdering, kali ini Yanti muncul dengan canda khas, dirinya bertanya tentang rencana seputar acara perpisahan di sekolah hari itu, " Halo, ...halo Yan, adakah kabar yang lebih baik....?" Canda Sasun sebelum temannya itu memulai untuk seperti biasa bercanda, " Ha...ha...ha..., bagi kamu Sun acara perpisahan ini indah atau sebaliknya ?" Tanya Yanti, " Bagi kamu gimana...", Tanya balik Sasun, "Bagi aku sih, sangat membahagiakan", Jawab Sasun " gak sebaliknya...?," Jawab Yanti kembali, "Semua orang pasti bahagia dan bangga jika sekolah lulus dan terima ijazah..., kamu saja yang menjadi mahkluk aneh di muka bumi...," Jawab Sasun, " Ya untuk hari ini, bagaimana besuk,... bukankah langit selalu mendung jika tak ada matahari...?," Yanti menggoda kembali, " Ya bergantung hari, siapa tahu tidak seperti karangan kau itu...", Jawab Sasun, " Eh dari pada nerocos seperti burung, sudah kau mandi, kita lanjutkan di sekolah...,"Yanti mengakhiri obrolan.