Perempuan Penyeberang Batas

Adi Suyanto
Chapter #11

Mawar Indah itu Merekah

MAWAR ITU TUMBUH SUBUR, SETIAP CABANG ADALAH SURGA KUMBANG, kuntum demi kuntum adalah etalase keindahan bagi setiap mata bertatap. Jika harum itu tersentuh kumbang sebelam matahari terbit, layu lah panen yang didapat. Tak mungkin hujan dari langit kembali ke sarang dalam wujud sama, kemudian air meresap menggenapi kodrat yang wajib dijalani, teori alam itu senada dengan penyertanya tak kan ada pengulangan dalam sistem pergeseran waktu. Masa SMP Sasun telah digenapi, suka - duka penyerta jadi pengalaman indah dan hanya musnah lah penghilangnya. Babak itu segalanya indah, bagai kupu lepas dari kepompong, terbang kemana dia kehendaki. Waktu berubah seiring pergeseranny, dia bukan gadis kemarin lagi, kini Sasun adalah dia yang berdiri sebagai anak SMU. kala itu merupakan babak baru memasuki era lebih indah saat segala keindahan mahkota mawar tetap terjaga, biarkan kupu-kupu beterbangan menawarkan keindahan, mereka akan menyadari arti sebuah putaran waktu, kupu yang bertahan adalah mereka yang menggembalakan keadaan. Minggu lalu pendaftaran sekolah telah ditempuh, kepastian masuk sekolah SMU telah nyata. Hanya beberapa buku dan peralatan sekolah masih harus dibeli. " Halo Yanti....?", Suara Sasun lewat phonsel, awali suasana pagi, di luar masih gelap suara ayam jantan bersautan. Sasun masih di tempat tidur, rambut bagai terseret ombak ,kucel berserakan ." Halo, ada apa Sasun.... Jam berapa sekarang ...?" dari nun jauh di sana ada suara Yanti, parau dan lengket, kesan malas itu menyelinap diantara kata- kata yang mengalir. " Hari ini kau ada acara gak Yan,...aku pingin ke toko buku, jika bisa aku ingin kau temani aku...?" Nada kata Sasun kian cair, " Boleh, tapi...,tapi...ada acara lainnya kan ..." Jawab Yanti " "Makan,..maksud kamu?" Tanya Sasun, "Benar sekali, tapi baso kan...?" Jawab Yanti, " Boleh"..., kata Sasun. " Pak guru ikut gak...?", Tanya Yanti, " Tidak..., ini acara khusus, aku dan dirimu, sementar biarkan dia beredar sendiri, paling dia tak jauh dari hobi lama burung dan burung" Jawab Sasun. " Beredar jam berapa...?," Tanya Yanti, " Jam sembilan siap- siap, nanti saya tunggu di perempatan dekat rumah kau! " Suruh Sasun, " Bukan siang saja jam satuan?", Tanya Yanti kembali, " Memang kenapa...?", Tanya Sasun ," Agar aku pulas tidur kembali..., ya ...sudah ya , nanti sambung kembali ?!" Jawab Yanti. "Jam sembilan saya tunggu kau di perempatan ok...,!?" Perintah Sasun, tak selang beberapa lama jawaban dari Yanti perlahan menghilang ke alam mimpi. " Yan...,yan...yan...?," Kau lelah Yanti...?", Sapa Sasun pun tanpa jawab , mereka akhiri bicara dan Sasun pun alami nasib sama, ke alam mimpi kembali dan phonsel jatuh di punggung bantal tanpa suara . Pagi berlalu tanpa kata, jarum jam bagai kereta malam, sinar matahari jatuh di punggung bantal lewat celah jendela lupa ditutup kemarin sore, Sasun mulai sadar, perlahan janji dengan Yanti muncul di sela- sela kantuk. Melekat pada dinding kamar Jam delapan lebih sepuluh menit terlihat dari mata Sasun yang tinggal separo , seperti tersengat listrik, dirinya beranjak dari tempat tidur, janji dengan Yanti tinnggal sepotong waktu, setelah sejenak duduk di tepi kasur, secepat kilat meraih handel pintu kamar mandi dan masuk. Sesaat kemudian keluar dan ambil langkah bereskan muka dengan sekotak alat kosmetik, satu demi satu kuasan kosmetik lewat di muka kemudian bibir bagai bunga mawar di pagi hari. Jam tangan ditengok, waktu hampir tiba di ujung batas perjanjian, seketika itu bangkit ambil helm dan kunci motor, melesat bertemu di perempatan jalan yang di tentukan.

Tiba di perempatan jalan tepat waktu, hanya lebih empat menit dari jam sembilan yang dijanjikan. Yanti telah terlihat di tepi jalan beberapa meter dari perempatan, helm putih di atas kepala dan metik putih kehijau-hijauan di jadikan tempat tunggu sementara dengan mesin dimatikan. Celana jean biru kesukaan Yanti dipadukan dengan kaos putih dan jaket hitam dengan tas kosmetik di pinggang membuat gadis remaja itu tampak sportif lebih dewasa dan memikat semua yang memandangnya. " Hai Yan, sudah lama...?", Tanya Sasun, motor diparkir dekat Yanti, di pinggir jalan samping perempatan " belum, paling lima menit...," Jawab Yanti, " Kau saudah makan belum Yan...,?" Tanya Sasun, " Belum..." Jawab Yanti, "Sama..., saya juga belum, tapi..., nanti saja ,di dekat toko buku ada tempat makan di sana saja kita makan..." Jawab Sasun, sambil dipasangkan helm di kepala Sasun tanjab gas, begitu juga Yanti dibelakangnya.


Lihat selengkapnya