Perempuan Penyeberang Batas

Adi Suyanto
Chapter #10

Uji Setia di Balik Jendela

Sayup - sayup mendayu indah suara adzan terdengar dari toa masjid dekat rumah, suara itu tembus ke dasar hati, beberapa saat kemudian lenyap di telan bumi. Petang itu mengandung kecemasan bagi seorang gadis dalam sebuah penantian. Amirin, lelaki yang disuka akan datang dengan bahagia. Segelas minuman teh panas kesukaan dirinya tertata rapi di meja tamu, bersanding dengan beberapa potong ubi goreng tersaji sehangat suasana hati keduanya. Jika pekerjaan menanti itu tak menyebalkan, maka semua orang bersedia untuk menunggu lama- lama. Demikian juga Sasun, rencana Amirin datang sore itu sedang dalam penantian. Selepas mandi, rambut Sasun ditata rapi, aroma farfume menyeruak lengkapi harap- harap cemas kala itu . Phonsel di tangan penuh kabar dari Amirin tentang kesanggupan seorang pria tercinta dalam perjalanan misi kasih. Sorot matahari sisakan warna jingga, beberapa gumpalan awan sore membayang gelap, burung-burung mulai pulang kandang dan kesan malam kian tampak melengkapinya . Setiap suara motor yang terdengar adalah godaan rasa, harapkan dirinya tiba , namun beberapa suara itu lewat tanpa kata, pada suara yang kesekian kali ada sinyal sejuk menjawab penantian . Suara motor berjeda, beberapa saat kemudian, dari arah parkir halaman rumah langkah kaki terdengar, satu- satu mendekat ke arah ruang tamu dan ada penunggu hati sedang bertugas, "Selamat sore...?" Ucap Amirin, " selamat sore !" Jawab Sasun beranjak dari kursi tamu, matanya fokus pada sosok laki- laki datang itu, dirinya khawatir jika tamu yang disambut itu orang lain. " Halo, ...apa kabar pak guru ku ", Canda Sasun awali sambutan , saling pandang diantara mereka, " Mari masuk silahkan ", Kata Sasun, " Ini janji ku tepat", Amirin sambil sodorkan bungkusan martabak kesukaan, " setelah jabat tangan, dan Amirin dipersilahkan duduk, Sasun sejenak hampiri ibu bapak di ruang belakang dan bungkusan kotak itu dijinjing ke meja dapur, ketiganya menyambut dengan hati cerah, "Bapak, ibu... Ini adalah Pak Amirin, guru Sasun di SMP, Amirin hampiri kedua orang tua Sasun, jabat tangan dan saling pandang , "Saya Bapak Sasun dan ini ibunya, " Kata Orang tua Sasun, " Senang bertemu Bapak dan Ibu", Jawab Amirin. senyum manis tumbuh diantara mereka bertiga." Adik Amirin dari mana,? " Tanya Pak Burhan, ayah Sasun, " "Apakah adik asli orang sini saja...?", tambah Ibu Dina, orang tua Sasun, "Betul pak, bu..., saya orang sini saja" Jawab Amirin, " Masih kuliah, atau sudah selesai...?" Tanya sang ibu, "Baru masuk kuliah tahun ini pak...bu...", Jawab Amirin, " Bagus nak, mumpung masih muda, kesempatan luas, Ya sudah kalian teruskan ngobrol, bapak nonton tv dulu di belakang ...?", suruh Pak Burhan, " Ya pak ,terima kasih" Jawab Amirin.

Sore berganti malam, sorot lampu bertaburan. Beberapa pohon rindang tak lagi indah dan berganti gelap , dari balik kaca jendela nampak kelelawar malam terbang dan binatang malam berseliweran. " Di sini asyik lo, banyak kelelawar malam, udara enak dan jauh dari bising motor", Amirin buka obrolan, " Ya enak, tapi paling enak martabak yang kau bawa, manis dan kenyal, " jawab Sasun sambil membawa sepiring martabak di taruh di tengah meja. " Maaf ya mas, jika kurang suka martabak, aku sedang mencoba untuk suka",Jawab Sasun kembali, " "Ngomong-ngomong bagaimana dengan nilai mu, semoga diterima di SMU negeri agar kau lebih semanagat,.", Kata Amirin, "Terima kasih suportnya ..." jawab Sasun . "Bagaimana kuliahmu mas, kapan mulai masuk...? " Tanya Sasun "Mungkin pertengahan bulan ini " Jawab Amirin. " Senang dong banyak teman cewek, di kampus pasti gudangnya...?" Tanya Sasun, " Tidak juga, sama seperti di sekolah, hanya di sana mereka lebih sibuk dengan urusan kuliah " Jawab Amirin, " Bisa dong sekali- kali saya boleh ikut , biar tahu suasana kampus itu seperti apa....?" Pinta Sasun " Oh boleh banget,dengan kamu apa yang bisa saya larang,....ha...ha...ha.."Jawab Amirin. Keduanya terbawa arus bicara panjang dan tidak terasa waktu kian malam., jam di permukaan tembok nampak pukul 20. 15 , setelah selesaikan banyak obrolan , Amirin mohon pamit , harapkan besok berjumpa kembali. "Pak, Buk maaf, Saya pamit pulang ... ..?!" Sambil melihat ke arah orang tua Sasun " Baik dik, hati-hati di jalan ...! " Pesan pak Burhan, sambil ikut melangkah ke arah pintu keluar dan lambaikan tangan. Amirin melangkah untuk pulang," Sudah dulu ya, kita ketemu lagi, hari minggu depan", kata Amirin, " Ya sudah, baik -baik ya , ....bye," Jawab Sasun. Berat tapi indah , mereka harus berpisah sementara.


Lihat selengkapnya