Perempuan Perempuan Pesantren

Tsamrotul Ayu Masruroh
Chapter #1

Bunga Tunggal


21 Mei 1998. Fajar menyingsing dan burung berkicauan menyambut pagi. Seorang perempuan bernama Abidah merasakan suatu hal yang berbeda dalam tubuhnya. Dia merasa sakit di bagian perutnya, ia tahu bahwa itu adalah saat yang telah lama ia nantikan, setelah 9 bulan lamanya ia mengandung dan merasakan segala payah diatas payah. Abidah pun mengeluh pada suaminya yang bernama Abdullah. Abdullah adalah seorang pengasuh pondok pesantren Cahaya Kebenaran dan seorang mursyid tarekat Sufiyah dan ia adalah orang paling kaya di Jombang, ia mempunyai rumah sakit terbesar di Jombang, hotel syariah terbaik, perusahaan rokok, perusahaan air minum dan banyak tanah baik di Jombang maupun di luar jombang. Ia adalah seorang tokoh masyarakat di jombang, berkawan dengan walikota, gubernur dan presiden. Ia mempunyai beberapa ajudan, sopir dan para pembantu rumah tangga.

Abdullah yang mengetahui kondisi Abidah pun langsung mengajak istrinya untuk segera  pergi ke rumah sakit miliknya dengan mengendarai mobil Alpard berwarna putih. Kemudian mereka disusul  beberapa santri dan ajudan dibelakangnya menggunakan mobil Pajero, para santri dan ajudannya membawakan berbagai perlengkapan untuk kelahiran Abidah. Di sana mereka berdua di sambut oleh tim medis yang siap membantu Abidah dalam proses kelahiran. Dalam kondisi hendak melahirkan, Abidah merasa takut dan cemas, namun Abdullah ada di sisinya, ia memberikan dukungan dan doa untuk menepis berbagai ketakutan dan kecemasan Abidah. Tak hanya Abdullah, para santri, ajudan dan dokter pun turut memberikan semangat untuk Abidah.

Adzan subuh pun berkumandang. Abidah semakin merasakan rasa sakit yang luar biasa,baginya apapun yang terjadi, ia tetep harus berusaha untuk tetap tenang dan fokus. Ia tahu bahwa dirinya harus kuat dan gigih untuk bisa melahirkan bayi ke dunia dengan selamat. Tak lama kemudian. Darah pun semburat dan air ketubah tumpah. Kesakitan teramat sangat semakin dirasakan, mengiringi kelahiran seonggok daging bayi perempuan yang dikandungnya. Suara tangis bayi itu pun pecah memenuhi ruangan. Memberikan harapan dan kebahagiaan bagi semua orang yang ada di ruangan itu. Abidah dan Abdullah tidak bisa menahan air mata bahagianya, mereka terpukau dengan kekuatan dan keajaiban yang dirtunjukkan oleh Allah, dari sebuah proses kelahiran yang sangat menegangkan.  

Saat bayi itu lahir, dunia terasa menjadi sebuah tempat yang lebih indah bagi Abidah. Segala payah diatas payah yang dirasakannya seolah lenyap dan digantikan oleh kebahagiaan dan juga kelegaan. Abidah merasa bersyukur dan terharu karena telah membawa kehidupan baru ke dunia. Ia merasa sempurna sebagai perempuan karena ia bisa melahirkan seorang bayi perempuan yang sempurna tanpa cacat. Wajahnya terlihat menggemaskan, kulitnya yang baru lahir bewarna kemerahan, hidungnya mancung, rambutnya lebat, alis dan bola matanya indah seperti bulan purnama. Suara tangisnya lantang dan seluruh tubuhnya bisa bergerak-gerak dengan gerakan kecil yang menggemaskan.

Setelah bayi tersebut dibersihkan, Abdullah yang bahagia penuh syukur, ia bergegas mencari air untuk berwudlu, ia menunaikan shalat subuh dan kemudian bersiap mengadzani telinga kanan anak perempuan dari seorang perempuan yang menjadi istri ke empatnya. Abdullah senang dengan kelahiran bayi tersebut, karena semua anaknya dari berbagai istrinya, semua berjenis kelamin laki-laki, tidak ada yang perempuan sama sekali. Seolah sempurna baginya, bisa punya anak laki-laki dan perempuan dalam hidupnya.

Bayi perempuan  yang baru diadzani itupun kemudian diletakkan di dada Abidah, ia mendapat sentuhan lembut dari ibunya, detak jantungnya saling beradu dengan detak jantung sang ibu. Kebahagiaan Abidah tidak bisa tergambarkan. ketika ia bisa menatap secara langsung wajah seorang bayi perempuan yang baru saja ia lahirkan, ia merasa mendapat anugerah terbesar dalam hidupnya.

 Sehari setelah kelahiran bayi tersebut, Abidah sebagai seorang ibu masih terbaring lemas usai melahirkan, jahitan di rahimnya belum kering, kakinya masih bengkak dan sulit digunakan untuk berjalan. Abdullah sebagai abah dari anak tersebut, meminta kepada para ajudan dan para santrinya untuk segera menyiapkan acara pengajian. Ia ingin mengundang banyak orang dalam rangka mensyukuri nikmat kelahiran anaknya, pemberian nama dan juga aqiqah. Tanpa banyak berkata-kata para ajudannya pun langsung menjalankan perintah Abdullah dengan hati penuh keikhlasan. Mereka saling membagi tugas untuk menyiapkan tempat, hidangan dan juga undangan untuk masyarakat sekitar.

Setelah undangan tersebut beredar. Para jamaah merasa turut bahagia mendengar kabar kebahagiaan dari keluarga Abdullah dan bisa mendapat undangan tasyakuran itu. Ratusan jamaah dan warga masyarakat sekitar Jombang pun antusias menghadiri pengajian tasyakuran bayi perempuan yang mungil tersebut di pelataran pesantren. Para jamaah datang dan berkumpul di halaman depan rumah Abidah yang sudah disiapkan, halaman tersebut besar dan terbuka, dengan karpet yang digelar rapi dan teratur di bawah pohon mangga.

Tak hanya datang, para jamaah ini juga membawa banyak bingkisan seperti: pakaian, makanan bayi, mainan dan perabotan bayi lainnya dengan merk terkenal yang mahal harganya. Mereka menganggap keluarga Abdullah adalah keluarga terpandang, maka para jamaah berpikir bahwa sesuatu yang diberikan kepada keluarga seorang Abdullah adalah barang-barang yang memiliki kualitas terbaik, tidak sembarangan pada saat membelinya. Barang yang dikasihkan pun bukan barang haram dari hasil curian ataupun hasil dari merampok milik orang lain. Para jamaah banyak yang berusaha membawa bingkisan terbaik, meskipun dari mereka ada yang membelinya dengan cara berhutang atau menggadaikan barang berharga miliknya.

Dalam pengajian kelahiran anaknya, Abdullah sebagai seorang mursyid menyampaikan “Segala nikmat yang ada di dunia ini harus disyukuri. Terlebih lahirnya bayi perempuan yang dikandung oleh istri saya yang sangat saya cintai. Saya selalu ingat firman Allah dalam Al-Qur’an bahwa siapa saja manusia yang bersyukur, Allah akan menambah nikmatnya, barang siapa yang tidak bersyukur, maka Allah akan memberikan azab yang besar.” Para jamaah yang hadir diam mendengarkan dengan patuh dan taat, segala sesuatu yang keluar dari mulut Abdullah. Ia juga berkata bahwa setiap anak terlahir ke dunia dalam keadaan suci. Setiap anak akan tumbuh sebagaimana orang tua dan lingkungan yang mendidiknya.

Lihat selengkapnya