Buah hati Abdullah yang paling dikenal banyak orang adalah Amrullah. Masyarakat memanggilnya Gus Amrullah. Abdullah banyak membanggakan sosok Amrullah di mana pun ia berada, sebagai anak muda yang pintar, berani dan punya semangat perubahan. Sedangkan putra-putra Abdullah lainnya jarang muncul di permukaan dan tidak pernah dibanggakan. Amrullah menjadi anak kesayangan Abdullah, karena Abdullah mempunyai kedekatan yang lebih erat dengan Muslimah, istri pertama Abdullah. Muslimah dianggap telah banyak membantu Abdullah dan membuatnya senang, karena Muslimah tidak pernah menegur, apalagi memarahi Abdullah dengan kata-kata yang kasar. Hal itu membuat Muslimah dan anaknya mempunyai keistimewaan sendiri di mata Abdullah. Anak-anak dari Abdullah lainya hanya muncul untuk sekedar menemani dan membantu Amrullah sebagai putra mahkota. Setelah itu ia hilang serupa disembunyikan pada suatu tempat rahasia yang tidak diketahui oleh siapa saja.
Habibatullah sebagai anak perempuan Abdullah satu-satunya pun tidak banyak dikenal jamaah, keberadaannya hanya diketahui namanya saja, tidak pernah diketahui dalam hidupnya punya kontribusi apa dalam pesantren Cahaya Kebenaran. Segala cerita hidup Habibatullah tertutup rapat dan tidak bisa diketahui oleh manusia. Cerita hidupnya pun tak banyak diceritakan oleh Abdullah pada tiap-tiap ceramahnya. Yang pernah diketahui oleh masyarakat hanyalah pesta kelahirannya. Meskipun sangat disayangi, Habibatullah tak banyak mendapat kesempatan belajar dan kesempatan mengejar cita-citanya sebagaimana Amrullah ataupun saudaranya yang lain.
Bagi Abdullah, perempuan hanyalah sosok pelengkap laki-laki, keberadaanya hanyalah untuk membantu tugas-tugas laki-laki. Jika belum menikah maka tugasnya adalah membantu ibunya mengurus kerja-kerja rumah tangga, memasak, membersihkan rumah dan sebagainya. Jika sudah menikah maka tugas menjadi pendamping dan pelayan bagi suaminya. Tidak bisa seorang perempuan memimpin pesantren atau suatu wilayah. Abdullah selalu menyampaikan bahwa jika perempuan yang menjadi pemimpin, maka semuanya yang dipimpin akan hancur. Karena memimpin itu bukanlah kodrat seorang perempuan, kodrat perempuan adalah dipimpin.
Abdullah selalu menggunakan dalil yang tertuang dalam surat Annisa ayat 35 “aarrijalu qawwamunna ala nisa’.” “laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan.” Oleh karena itu meskipun Habibatullah sangat cerdas, Abdullah tidak mempertimbangkannya sebagai sosok yang nantinya akan meneruskan pesantren. Ia memilih Amrullah anak pertama laki-lakinya yang menjadi penerus pesantren, yang akan menggantikannya ketika ia sudah meninggal dunia kelak. Bagi Abdullah menyiapkan pemimpin sebelum ia meninggal dunia adalah sesuatu yang harus disiapkan matang-matang dan serius, karena jika tidak disiapkan jauh-jauh hari, maka hancurlah pesantren yang sudah ia besarkan sejak ia masih muda. Ia menyadari tidak akan hidup sepanjang masa, ia membutuhkan penerus-penerus terbaik yang bisa bekerja keras sepertinya. Ia pun mempunyai semboyan “Sebelum patah tumbuh, sebelum hilang sudah siap gantinya.”.
Dalam agenda menyiapkan penerus pesantren. Abdullah tidak akan menunjuk para anak haram dari hubungan gelapnya bersama janda para khalifah ataupun perempuan lainnya. Anak-anak tersebut hanyalah kebanggan para janda khalifah dan para perempuan yang pernah disetubuhinya, mereka berhubungan seksual bukan dengan pernikahan yang sah, yang tidak pernah terbesit dalam hati Abdullah untuk menjadi seseorang yang ditokohkan dalam pesantren. Abdullah menyadari anak-anak ini berasal dari kekhilafan seorang laki-laki dan juga kenistaan seorang perempuan bodoh. Anak-anak itu adalah sebuah ancaman besar bagi Abdullah, jika diketahui khalayak umum.
Abdullah khawatir ia akan dituduh sebagai Mursyid yang melakukan sebuah dosa besar. Dosa zina yang di dalam hukum islam harus mendapatkan hukuman rajam, ketika melakukan zina ketika sudah menikah. Maka anak-anak Abdullah dari rahim para janda khalifah dan para perempuan yang pernah disetubuhinya ini, ceritanya ditutup rapat-rapat, ceritanya tak pernah ada dalam ceramah, buku dan berbagai majalah yang diterbitkan pesantren.
Amrullah sebagai anak laki-laki yang digadang-gadang akan menjadi penerus pesantren, perawakan dan wajahnya tak jauh berbeda dari Abdullah. Ia mendapat banyak perlakuan istimewa lebih dari anak-anak Abdullah lainnya. Ia sejak kecil mendapat akses belajar dan diperbolehkan membaca buku-buku Abdullah. Ia diberikan akses untuk mengendarai mobil-mobil Abdullah, bisa belajar berbagai alat musik dan segala apa yang diinginkan olehnya. Ia bisa menempu pendidikan tinggi di mana pun ia mau. Seusai ia menempu pendidikan tinggi pun, ia langsung menikah dan dijodohkan dengan salah satu perempuan yang sudah dipilih oleh Abdullah dan Muslimah, ibu kandungnya.
Setelah menikah, Amrullah langsung diberikan amanah untuk turut memimpin organisasi pemuda dalam pesantren yang didirikan oleh Abdullah, kemana pun Abdullah pergi pasti Amrullah mengikuti, hal inilah yang membuat masyarakat mengetahui bahwa Amrullah adalah penerus Abdullah dalam memimpin pesantren Cahaya Kebenaran di masa yang akan datang. Masyarakat pun mengetahui bahwa banyak program kerja yang dilakukan Abdullah selalu didiskusikan dengan Amrullah terlebih dahulu. Berabagai perlakuan istimewa Abdullah ini membuat Habibatullah dan saudara lainnya iri, namun mereka tidak bisa melawan kehendak Abdullah. Segala kehendak abahnya harus dipatuhi dan ditaati.