Amrullah memang mengaku bersalah dihadapan orang tuanya. Namun pengakuan itu hanyalah bualan di mulut saja, agar Amrullah tidak diusir dan mendapat berbagai hukuman yang lebih parah dari orang tuanya. Abdullah sebagai mursyid tarekat dan orang tua Amrullah meminta tiga anak itu untuk tidak memperpanjang masalah dengan menikahkan anak tersebut dengan Amrullah, begitupun ibu kandung Amrullah, ia meminta tiga anak tersebut untuk diam demi nama baik pesantren. Kedua orang tua Amrullah nama baik pesantren adalah segalanya bagi mereka. Namun disela-sela tersebut, Amrullah sebagai pelaku kekerasan justru mempunyai rencana yang sangat jahat, tak hanya melukai fisik ia juga melukai mental tiga anak tersebut, ia tak merasa berdosa sama sekali, ia justru merasa tiga anak itu telah melakukan berbagai penyerangan dan perlawanan kepadanya, dengan melaporkan apa yang dilakukannya tersebut kepada orang tuanya. Tak hanya kepada orang tua kandungnya, tapi juga ke ibu tirinya dan juga kepada Habibatullah, saudaranya. Ia merasa harga dirinya dihancurkan oleh tiga anak tersebut, Amrullah pun membuat berbagai skenario untuk balas dendam dengan tiga anak tersebut.
Amrullah pun meminta tolong kepada Samsudin untuk membantunya, Amrullah bercerita kepada Samsudin bahwa ia sedang difitnah oleh tiga anak perempuan dan keluarga tirinya, Ibu Abidah dan saudaranya Habibatullah. Amrullah telah dihakimi hingga tidak berdaya, ia harus diusir dari rumah. Ini adalah tuduhan yang sangat serius yang bisa berdampak kepada dia dan istrinya. Sejauh ini istrinya belum mengetahui hal ini, dan ia tak ingin kalau istrinya mengetahui hal tersebut.
Amrullah pun dibantu Samsudin menyusun skenario, skenario ia meminta . dan para ajudan lainnya untuk menculik Hasna, Zahra, dan Amelia, Amrullah sudah tidak bisa berfikir lagi bagaimana caranya tiga anak tersebut supaya bisa dividio dan minta maaf. Video tersebut akan disebar ke semua jamaah bahwa Amrullah sedang difitnah oleh tiga anak perempuan yang merupakan suruhan dari Habibatullah saudara kandungnya, yang ingin merebut jabatannya sebagai penerus pesantren.
Amrullah pun menjelaskan bahwa sudah sejak dulu Habibatullah ingin menjadi seperti dirinya, tapi ia tak bisa. Abdullah pun tidak mengizinkan karena ia adalah perempuan. Namun ia tidak tinggal diam hingga ia melakukan berbagai cara kotor untuk menjatuhkan Amrullah, supaya Amrullah tidak mendapat amanah untuk menjadi pemimpin pesantren dan memimpin perusahaan milik pesantren.
Pada malam hari, Samsudin pun mengendarai mobil bersama 2 kawan perempuan lainnya, dua perempuan ini yang nantinya masuk ke dalam asrama putri untuk mengambil 3 anak tersebut, sementara Samsudin ada didalam mobil. Para anak itu pun berhasil dimasukkan di dalam mobil, mereka pun menangis sepanjang jalan dibawa ke sebuah gubuk yang ada di tengah hutan.
Mereka dipaksa menulis surat permintaan maaf dan dividio bahwa mereka disuruh oleh Habibatullah saudara kandung Amrullah. Jika mereka bertiga tidak mau, maka ia akan tidak akan selamat dan tidak akan bertemu dengan orang tuanya lagi. Hasna melihat Samsudin membawa pistol untuk menakut-nakuti tida anak itu, sesekali ia menembak dan memunculkan suara yang keras dan mencekam. “Dooor” … jadi kamu mau minta maaf atau mau mati. Saya tidak ingin kedua-duanya” ucap Hasna
“kami tidak bersalah, tapi kenapa kita yang selalu disalahkan”
“kedholiman ini semakin bertambah banyak bukan karena bertmabhanya orang-orang jahat, tapi diam-diamnya orang-orang kayak kalian yang bungkam dengan berbgai hal yang terjadi”
“Dasar Iblis… biadab kalian semua, kalian tidak tahu apa yang sebenarnya kami rasakan”
Jawaban itu semakin membuat para ajudan marah, maka ditamparlah muka Hasna. Sementara kedua temannya hanya menangis ketakutan”