Pertikaian semakin besar setelah beredar video permintaan maaf dan foto tulisan tangan Hasna, Amelia dan Zahra yang mengaku segala hal yang mereka lakukan adalah perintah Habibatullah dan Ibunya, Abidah. Mereka berucap “Kami meminta maaf sebesar-besarnya sudah menuduh gus Amrullah telah melakukan kekerasan seksual kepada kami, sesungguhnya tidak pernah terajdi apa-apa terhadap kami, apa yang terjadi ini adalah murni karena kami diminta oleh Ning Habibatullah saudaranya Gus Amrullah. Kami melakukan ini karena kami bekerja dan dibayar oleh ning Habibatullah.” Video yang viral begitu cepat tersebut berhasil menciptakan sebuah kemarahan dan keresahan. Para jamaah bingung, siapa sesungguhnya yang benar dan juga yang salah.
Tiga anak perempuan yang memberikan pembelaan kepada Amrullah itu pun lebih dipercaya oleh banyak orang, karena Amrullah lebih banyak dikenal sebagai orang baik dan punya kontribusi besar kepada pesantren dari pada Habibatullah. Sementara banyak orang menganggap bahwa Habibatullah adalah sumber masalah yang ada di pesantren. Sebagai anak Mursyid, Habibatullah dianggap telah durhaka kepada abahnya. Para jamaah banyak yang tidak menyangka bahwa Habibatullah dan Abidah adalah para perempuan yang sangat jahat. Senyuman manisnya mengandung banyak tipu daya yang bisa menyesatkan banyak orang.
Habibatullah yang jarang berinteraksi dengan banyak orang pun kaget ketika tiba-tiba kaget saat diberi tahu oleh ajudannya soal video yang beredar. Ia tidak pernah membayangkan jika akhirnya berujung ia dan ibunya yang malah disalahkan. Ia masih tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Di sisi lain, ia merasa ada sesuatu yang janggal, tiga anak itu seolah dipaksa untuk mengklarifikasi hal tersebut, wajahnya tegang dan penuh ketakutan. Meskipun ia kecewa tapi ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan 3 anak itu, kenapa mereka bisa menuduh Habibatullah dan ibunya. Habibatullah pun ingin mencari tiga anak itu, namun ia tidak tahu di mana keberadaan anak itu, mereka sudah tidak lagi di pesantren.
Setelah video itu beredar, permasalahan di keluraga pun semakin rumit. Habibatullah dan Abidah menjadi bahan obrolan panas di kalangan jamaah. Abidah yang mencoba menegakkan keadilan bersama anaknya justru menjali bulan-bulanan jamaah. Niat baik agar apa yang dilakukan oleh Amrullah itu tidak terulang lagi kepada santri-santri yang lain, justru disalahpahami dan fitnah dengan tuduhan yang tidak pernah mereka duga. Mereka berdua dipersekusi seperti bola api. Abidah sebagai ibu dituduh iri dengan istri Abdullah yang bernama Muslimah, ia ingin seperti Muslimah dan kemudian ia ingin menguasai aset pesantren dan menghancurkan nama baik pesantren bersama dengan orang-orang yang tidak suka dengan pesantren Cahaya Kebenaran. Dalam situasi tersebut mereka berdua juga tidak mendapatkan pembelaan dari Abdullah sama sekali,
Abdullah sebagai pemimpin tertinggi di pesantren Cahaya Kebenaran hanya diam, seolah ia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Padahal ia sudah tahu siapa yang sesungguhnya berbuat kesalahan, siapa yang sesungguhnya yang menjadi korban ketidakadilan. Abdullah sudah melihat Hasna, Zahra dan Amelia secara langsung dan ia sudah mendengar berbagai penderitaan yang diberikan oleh Amrullah. Mengetahui keberpihakan Abdullah yang tidak jelas pun membuat Abidah merasa kesal dengan suaminya.
Permasalahan dalam keluarga menjadi semakin rumit. Segala yang lakukan oleh Abidah bertentangan dengan Muslimah, ibunda Amrullah, Muslimah sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada anaknya, ia telah melakukan kesalahan justru malah menutupi berbagai kesalahan tersebut dengan membuat tuduhan kepada Habibatullah dan Abidah. Ia lupa bahwa melakukan sebuah kesalahan itu adalah hal yang sangat manusiawi dan wajar, namun ia sebagai manusia yang khilaf seharusnya, ia harus berani mengaku bersalah dan kemudian tak mengulanginya.