Pagi-pagi yang buta. Amrullah tak pernah menyangka ia mendapat informasi dari ajudannya bahwa ia mendapat undangan dari kepolisian Polres Jombang. Amrullah langsung meminta surat, membuka amplop dan membaca undangan tersebut. Ia kaget karena undangan itu adalah undangan pemanggilan Polres Jombang. Tak seperti biasanya ia diundang menghadiri acara untuk mengisi ceramah, ia justru mendapat undangan penyelidikan karena ia diduga melakukan tindak pidana kekerasan seksual kepada para santriwatinya. Merespon hal tersebut, ia bingung apa yang harus ia lakukan, ia merasa terancam atas berbagai hal yang sudah ia lakukan.
Pikiran Abdullah berfikir dengan keras tentang berbagai pertimbangan yang seharusnya ia lakukan. Dalam pikirannya ia merasa lebih baik untuk tidak mendatangi undangan kepolisian tersebut. Ia berfikir, ia akan berjuang sebisa mungkin agar kasus yang melibatkan dirinya bisa segera ditutup dengan segera. Sehingga tak ada kabar apapun tentang tindak kekerasan yang dilakukannya. Namun ia bingung kepada siapa ia harus bercerita dan menyusun siasat untuk merespons surat pemanggilan polisi yang baru didapatkannya.
Bermalam-malam Amrullah tidak bisa tidur. Ia terus mencari jalan terbaik apa yang bisa dilakukannya. Ia tak pernah tahu apa yang akan terjadi dan apa yang akan menimpa dirinya jika tindak kekerasan yang dilakukannya diketahui oleh khalayak. Dalam hati Amrullah ada ketakutan bagaimana jika suatu hari nanti ia harus mendekam dipenjara. Hal itu adalah suatu yang sangat memalukan sekali dan punya dampak buruk bagi pesantrennya. Ia khawatir kehilangan kepercayaan dari para jamaah pesantren dan masyrakat secara luas. Sepanjang hidupnya Amrullah dikenal sebagai orang yang baik, dihormati dan menjadi kebanggaan banyak orang.
Semakin hari Amrullah merasakan kecemasan yang luar biasa, kepalanya terasa pening dan sulit untuk bisa tidur. Ia merasa semakin susah untuk berfikir jernih. Ia tidak sanggup berfikir sendirian terkait apa yang harus dilakukan untuk merespons hal tersebut. Ia butuh kawan berfikir dan membantu mengatasi masalah yang terjadi kepadanya. Tak mau salah langkah, Amrullah pun memutuskan untuk memanggil Samsudin, sosok ajudan yang paling cerdas baginya. Samsudin dipanggil oleh Amrullah karena sebelumnya Samsudin telah membantu Amrullah untuk menculik tiga anak yang telah melaporkan perkaranya. Mereka berdua mendiskusikan bagaimana cara supaya kasus yang dialaminya tidak menjadi masalah yang besar di luar pesantren, diketahui oleh masyarakat yang lebih luas dan mencemarkan nama baik pesantren. Amrullah berfikir sebisa mungkin kasusnya harus segera dicabut supaya tidak menambah beban fikirannya. Sebelumnya ia merasa tiga anak yang melaporkannya ke polisi itu sudah bisa ditundukkan dengan pengakuannya dalam video, ternyata tiga anak itu semakin brutal dan semakin berani melakukan perlawanan kepada Amrullah. Tanpa diketahui pergerakannya oleh Amrullah. Hal tersebut semakin membuat Amrullah marah luar biasa hingga ia kehilangan cara untuk bisa berfikir rasional. Amrullah tidak pernah berfikir semakin orang mengalami berbagai ketidakdilan itu akan semakin berani melawan yang ia bisa. Dalam keadaan marah, di fikiran Amrullah ia ingin tiga anak itu segera mati. Namun ia tidak tahu dimana keberadaan tiga anak itu. Ia merasa tiga anak itu telah menyiapkan banyak strategi yang sulit untuk diketahui dan dilakukan bersama Habibatullah saudaranya. Fikiran Amrullah pun semakin runyam dan tak karuhan.
Di depan Amrullah. Samsudin pun menghela nafas panjang melihat kondisi Amrullah, ia mencoba menenangkan Amrullah. Samsudin diam tanpa berkata-kata, otaknya berfikir secara keras. Kedua matanya memandang langit-langit rumah mewah Amrullah. Samsudin pun tiba-tiba menyampaikan bahwa tidak mendatangi undangan kepolisian adalah upaya yang cukup baik agar tidak diperiksa dan tidak kelihatan bersalah. Namun ada hal yang harus dilakukan lagi untuk bisa menutup kasusnya. Kalau tidak ada upaya selanjutnya maka kasus itu akan semakin membesar dan menjadi viral dengan cepat. Hingga tak lama setelah itu, Samsudin menyampaikan bahwa pelapornya ini harus dicari, dia sebisa mungkin harus mencabut laporannya. Pelapor ini adalah kunci dari semua perkara ini. Dan tentu, hal tersebut adalah hal yang tidak mudah.
Samsudin meminta agar Amrullah bisa menyisihkan uang beberapa Milyar untuk membayar orang yang akan bekerja membantu Amrullah dan juga untuk ganti rugi pencabutan laporan. Semua hal itu harus dilakukan dengan cara yang terstuktur dan dilakukan dengan perencanaan yang matang. Pertama, harus mengetahui posisi korban atau jika tidak menjumpai korban bisa menjumpai orang tuanya, kemudian meminta bantuan para khalifah (wakil Mursyid) untuk memberi nasihat kepada orang tuanya, pada waktu memberikan nasihat khalifah juga perlu didampingi oleh ahli hukum dan juga polisi. Mereka datang dengan berpura-pura rendah hati agar kasusnya dicabut, supaya tidak menambah beban anak dan berlarut-larut dalam konflik yang berkepanjangan.
Para khalifah datang juga menawarkan uang damai sejumlah 1 milyar dan juga jaminan masa depan yang sukses. Hal tersebut adalah cara agar para orang tua korban psikologisnya terpengaruh dan kemudian anak tidak mendapat dukungan dari orang tuanya dalam pelaporan kasusnya. Kedua, meminta polisi yang punya relasi dekat dengan pesantren Cahaya Kebenaran untuk membantu menghentikan kasusnya karena tidak ada alat bukti. Menurut Samsudin, Amrullah bisa dengan mudah melakukan hal tersebut karena ia memegang banyak perusahaan, ia bisa mengambil berapa saja uang yang ia mau. Penghasilan perusahan air minum, perusaan rokok, hotel, perumahaan yang dikelola oleh Amrullah. Amrullah sangat memungkinkan untuk bisa menutup kasusnya dengan uang yang dimilikinya. Samsudin menjelaskan hanya ada dua cara tersebut, untuk bisa menutupi berbagai kasus Amrullah.
Berbagai usulan Samsudin itu dilatarbelakangi oleh pengetahuannya yang mengetahui kondisi tiga anak tersebut sebagai pelapor yang sangat miskin secara ekonomi dan keluarga yang tidak punya pendidikan yang layak. Bahkan mereka belajar di pesantren pun tidak berbayar. Berbagai keadaan yang kurang mampu yang dimiliki korban dan kebaikan yang telah diberikan oleh pihak pesantren bisa dimanfaatkan untuk mempengaruhi keluarganya supaya luluh hatinya. Hal ini 90% perkiraan rencana Samsudin akan berhasil. Samsudin menekankan pihak pesantren juga harus ada yang memantau bagaimana pelaporan tersebut di kantor polisi secara serius, sebisa mungkin ada salah satu orang yang dikenal dan meminta agar kasus bisa dihentikan dengan berbagai cara.
Mengetahui ide Samsudin didasari berbagai pertimbangan dan alasan, Amrullah merasa ia mengagumi segala taktik dan cara berfikir Samsudin. Samsudin dianggapnya semakin cerdas, banyak akal dan selalu bisa mencari jalan untuk setiap masalah yang dihadapi oleh Amrullah. Rencana sebelumnya berhasil dilakukan Amrullah dengan bantuan Samsudi, sehingga bisa membuat Abdullah percaya kepadanya, bahkan bisa menciptakan suatu kemarahan jamaah yang besar kepada Habibatullah dan Ibunya. Untuk kesekian kalinya Amrullah pun yakin bahwa saran-saran yang disampaikan oleh Samsudin akan berhasil lagi.