Perempuan Perempuan Pesantren

Tsamrotul Ayu Masruroh
Chapter #19

Membakar Baja


Pergerakan yang dilakukan oleh Abidah dan Habibatullah berhasil menyita perhatian publik. Pelaporan mereka berdua yang ada di kantor polisi, berbagai pertemuannya dengan para pejabat publik dan para aktivis dipublikasi oleh akun bernama Rakyat Bergerak Bersama (RBB) menjadi sebuah tranding topik di aplikasi X. Postingan yang berisi berbagai tindak kekerasan yang dialami Abidah dan Habibatullah, mulai pengusiran dari rumah, hingga postingan yang menjelaskan berbagai kekerasan  yang terjadi di pesantren Cahaya Kebenaran itu terjadi secara sistemik dan tersetruktur. Postingan itu berhasil melesat jauh dibagikan dan disukai oleh jutaan orang.

Postingan tersebut membuat masyarakat turut prihatin dan menawarkan berbagai bantuan untuk Abidah dan Habibatullah. Sehingga postingan yang sangat ramai itu memantik berbagai wartawan untuk meliput kasus tersebut secara lansung kepada Abidah dan Habibatullah yang lantang bersuara. Ibu dan anak perempuan itu pun berbicara dengan lugas, tanpa memperlihatkan trauma dan ketakutannya dihadapan wartawan dalam konferensi pers. Bagi Abidah dan Habibatullah kesempatan tidak datang dua kali. Ketika wartawan berani meliput, mereka pun berusaha memanfaatkan berbagai dukungan publik untuk bersuara dengan semakin lantang.

Berita-berita terkait perjuangan Abidah dan Habibatullah menjadi pembahasan utama selama berminggu-minggu di media lokal, nasional, hingga internasional. Hal itu membuat para polisi bergerak cepat dan gelagapan menanggapi tanggapan media. Berita yang tersebar berhasil membuat masayarakat mempunyai empati yang tinggi kepada Abidah dan Habibatullah. Para polisi didatangi banyak wartawan untuk memberikan penjelasan apa yang terjadi di pesantren Cahaya kebenaran. Para polisi menjelaskan bahwa mereka sedang melakukan penyidikan lebih lanjut dan sedang mengumpulkan bukti dan saksi untuk selanjutnya bisa menetapkan terlapor menjadi tersangka dan bisa melimpahkan kasusnya ke kejaksaan.

Berita yang sangat ramai tersebut juga membuat para jamaah pesantren Cahaya Kebenaran khawatir, sehingga melaporkan berbagai berita tersebut kepada ajudan dan berbagai orang terdekat Abdullah secara langsung. Para jamaah bepikir ini adalah sebuah hal yang lebih membahayakan dari pada kasus yang dialami oleh Amrullah. Jangan sampai apa yang terjadi pada Amrullah juga terjadi pada Abdullah. Para jamaah takut Abdullah akan bisa dipenjara, kehilangan jamaah bahkan pesantrennya bisa ditutup dengan cepat, tanpa melihat berbagai kebaikan yang sudah dilakukan oleh Abdullah. Bagi para jamaah berbagai kebaikan Abdullah adalah sutau hal yang utama dan luar biasa.  Mengetahui berbagai berita yang terjadi, Abdullah menjadi semakin marah dengan Abidah dan Habibatullah. Abdullah mengajak rapat semua para khalifah, pengurus pesantren dan para ajudan untuk bisa mencari tahu dimana keberadaan Abidah dan Habibatullah dengan melacaknya dari berbagai media yang meliput ibu dan anak tersebut dan juga melacak dari berbagai mata-mata yang disebar oleh Abdullah. Sebisa mungkin ibu dan anak itu harus segera ditemukan supaya tidak menimbulkan bahaya bagi pesantren Cahaya Kebenaran dan nama baik Abdullah.

Abdullah dengan perasaan dendam yang mendalam merencanakan sebuah perbuatan yang sangat keji dan kejam. Dia tahu bahwa Abidah diam-diam memiliki dukungan yang kuat dari berbagai kalangan untuk menyuarakan berbagai ketidakadilan yang dilakukan oleh Abdullah. Abdullah merasa ia  tidak bisa menghadapi Abidah dan Habibatullah secara terbuka. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menyusun rencana pembunuhan yang sangat rapi dan teruji. Dia memilih beberapa dari ajudanya, para laki-laki dewasa yang telah lama setia kepadanya untuk menjalankan tugas khusus dan berbahaya. Mereka membuat rencana dengan sangat rinci, termasuk langkah-langkah untuk menghindari berbagai kecurigaan banyak orang. Mereka memilih waktu, tempat, dan metode yang tepat yang akan mereka gunakan. Para ajudan yang sudah terlatih mengoperasikan senjata api diminta untuk bertindak sangat hati-hati ketika menembakkan pelurunya, supaya tidak mudah diketahui. Segala perencanaan harus dipikirkan dengan matang dan tidak sembarangan.

Pada suatu malam yang gelap dan hening, saat Abidah dan Habibatullah sedang berjalan pulang dari sebuah pertemuan di sebuah jalan di Surabaya. Tak  pernah disangka tiba-tiba ada laki-laki wajahnya ditutup kain hitam yang turun dari mobil mewah di depan mereka dengan jarak 2 meter. Laki-laki itu di tengah kegelapan menembakkan pistolnya ke arah Abidah dan Habibatullah. Suara tembakan itu terdengar dan peluru senjata api itu berhasil masuk ke dalam perut Abidah dan bagian perut samping Habibatullah. Seketika Abidah langsung tergetak lemas, peluru dari senjata api tersebut masuk dalam perut Abidah, sehingga darah bercucuran dari perut Abidah keluar dengan mengalir dan membasahi baju Abidah. Meskipun terluka, Abidah mencoba tidak menyerah. Ia berusaha sekuat mungkin untuk bisa bertahan.

Habibatullah yang juga terluka pun berusaha berteriak meminta pertolongan kepada warga sekitar agar bisa menolong dirinya dan ibunya. Teriakan Habibatullah berhasil didengar beberapa orang yang sedang lewat di dekatnya, dan mereka segera memanggil mobil ambulan untuk menolong Abidah dan Habibatullah. Habibatullah meminta beberapa orang yang menolongnya untuk melaporkan bahwa dia dan ibunya menjadi korban baku tembak oleh orang yang tidak dikenal. Pelaku tersebut sudah berlari tak tahu kemana, mereka menyelamatkan diri agar tidak ketahuan banyak orang.

Abidah dan Habibatullah dilarikan ke rumah sakit didampingi oleh warga yang menolong. Abidah keadaannya sangat kritis dan tak sadar diri. Sementara Habibatullah yang mengalami penembakan di perut bagian samping masih sadar dan mengalami kesakitan yang sangat. Melihat kondisi dua perempuan itu, para dokter di rumah sakit Dr. Soetomo berjuang sekuat tenaga untuk bisa menyelamatkan nyawa kedua perempuan tersebut. Tetapi luka-luka yang ada di perut Abidah terlalu serius. Peluru tersebut berhasil menembus perut dan berhasil merusak berbagai organ dalam Abidah. Hingga berhari-hari Abidah pun tidak sadar diri. Mengetahui informasi bahwa ibunya belum sadar, Habibatullah sebagai anak merasa sangat bersedih. Namun ia juga tidak bisa melakukan banyak hal, ia juga dalam kondisi yang sangat parah.

Dokter Rina, seorang dokter spesialis organ dalam yang secara khusus menangani Abidah dan Habibatullah, ia meminta agar Habibatullah tidak berfikir secara berlebihan supaya kondisinya bisa lekas pulih. Habibatullah jengkel dengan nasihat dokter tersebut. Dalam fikirnya bagaimana ia bisa tidak kefikiran dengan kondisi ibunya, sementara yang ia miliki di dunia ini hanya ibunya saja. Dalam bayangan Habibatullah seseorang yang sayang kepada dia hanyalah ibunya. Tak lama kemudian kabar kematian tentang ibunya pun beredar. Habibatullah yang tidak diberi tahu pun tiba-tiba terdengar samar-samar dari ruangan sebelah bahwa ibunya telah meninggal dunia. Mendengar hal tersebut Habibatullah pun langsung pingsan diatas kasur rumah sakit. Dokter Rina pun semakin khawatir dengan kondisi Habibatullah. Ia  meminta salah satu perawat untuk terus menunggu Habibatullah disampingnya. Ia khawatir jika Habibatullah nyawanya juga tidak tertolong seperti ibunya. Sementara beberapa dokter melakukan otopsi jenazah Abidah sebelum jenazahnya dikubur.

Berita tentang penembakan dan kematian Abidah pun mengguncang pemberitaan media nasional. Semua orang sangat terkejut dan berduka atas kematian tragis seorang perempuan yang telah berjuang untuk keadilan dirinya dan anaknya. Hal itu terjadi karena belum lama Abidah menjadi orang yang lantang menuntut berbagai keadilan, tiba-tiba ia mati tertembak peluru senjata api. Dunia seolah telah kehilangan sosok yang berani dan penuh kasih sayang. Ramainya pemberitaan membuat polisi dipaksa untuk segera melakukan penyelidikan terkait berbagai motif penembakan yang berhasil membunuh Abidah.

Masyarakat meyakini bahwa pembunuh Abidah  mengarah pada Abdullah dan ajudannya. Namun polisi merasa bahwa belum cukup bukti jika dalang dari penembakan Abidah adalah Abdullah. Polisi berjanji akan melakukan penyelidikan yang lebih serius. Dan masyarakat diminta untuk tenang dan tidak mudah menuduh orang sembarangan. Namun respons polisi tersebut justru menciptakan kemarahan masyarakat. Masyarakat merasa tidak bisa tenang, ketika orang yang menyuarakan berbagai ketidakdilan tiba-tiba mati terbunuh, sementara anaknya juga mengalami kesakitan yang cukup parah, harus dirawat di rumah sakit. Kematian Abidah pun semakin membuat ramai pemberitaan media karena ada gelombang demonstrasi dari berbagai aktivis di berbagai daerah. Mereka menuntut polisi untuk tegas mencari tahu siapa pembunuh Abidah. Kematian Abidah disuarakan oleh para aktivis sebagai bagian dari Femisida, Abidah dibunuh karena dia adalah seorang perempuan.

Habibatullah harus dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu, karena luka di perutnya cukup serius dan butuh waktu penyembuhan. Dokter Rina sebagai dokter khusus yang ditunjuk untuk menangani Habibatullah tidak mengizinkan banyak orang yang menjenguknya untuk membicarakan kasus, supaya tidak memperburuk kondisi Habibatullah. Sebagai gantinya, ia menyarankan agar beberapa orang yang berinteraksi dengan Habibatullah memberi motivasi saja untuknya, supaya Habibatullah mempunyai semangat hidup yang tinggi dan bisa lekas sembuh. Untuk sementara kesembuhan bagi Habibatullah adalah hal yang paling yang utama daripada lainnya.

Lihat selengkapnya