“Papa pulang! Papa pulang!”
Rose dan Andrea berlari ke halaman begitu mobil keluaran Jepang itu memasuki gerbang rumah mereka. Soni juga tidak mau ketinggalan menyambut papanya. Ratna mengintip dari jendela kamar. Sam pulang dari luar kota, tugas dari perusahaan. Mobil yang mengantarnya juga mobil perusahaan. Bergegas Ratna keluar . Ia harus menjalankan lakon ini. Ia harus bertindak bahwa belum pernah terjadi apa-apa. Belum pernah seorang perempuan bernama Widya datang ke rumah ini dan menceritakan tentang anak kembarnya, menuntut hak hidup mereka dan menuntut kejelasan status.
“Oho…mana semua anggota papa? Mana ksatria Soni, mana putri Rose dan putri Andrea?”
“Ksatria Soni hadir, Raja!”
“Putri Rose hadir, Raja!”
“Putri Andrea hadir, Raja!”
Ratna tersenyum melihat tingkah anak-anaknya. Sempat dia merenung sekejap, apa jadinya jika anak-anak tidak lagi bersama dengan papa mereka. Ia juga tiba-tiba merasa ada sudut hatinya yang kosong dan hampa. Ia membayangkan kemalangan anak kembar Widya. Hari apa saja mereka bisa bertemu ayah mereka?
Malam itu semua berjalan sebagaimana biasanya.
“Bagaimana pekerjaanmu, Sam?”
“Biasa. Syukurlah, semua berjalan sebagai mana mestinya. Target terpenuhi. Bonus tahunan segera kita nikmati. Bagaimana kalau kali ini kita berlibur ke Cina, melihat tembok raksasa?”
Perusahaan Sam setiap tahunnya memberi bonus berupa uang dan kesempatan liburan ke luar negeri. Liburan keluar negeri biasa hanya dinikmati oleh manajer. Mereka telah berkeliling ke Penang, Singapura, Sydney dan Bangkok. Anak-anak selalu ikut. Kali ini Sam ingin membawanya ke Cina? Soni pernah berkata , kalau ia ingin sekali melihat tembok Cina yang termasyur itu.
Soni adalah anak kesayangan Sam, begitu Ratna selalu bepikir selama ini. Maklum anak laki-laki satu-satunya. Tapi kemarin sore ada seorang perempuan yang datang ke sini dan mengatakan tentang anak lak-laki kembar. Anak laki-laki Sam yang lain.
“Bagaimana?” Sam menanti jawaban Ratna.
“Menarik juga,” Ratna mengangguk. Hatinya kembali tidak nyaman. Lalu Widya dan anaknya diajak liburan ke mana?
“Tapi kupikir, ada baiknya kali ini kita tidak pergi berlibur. Kalau bisa minta saja kompensasinya dalam bentuk uang. Anak-anak kian besar, kebutuhan mereka lebih banyak. Kita harus menabung untuk biaya sekolah mereka, Sam.”
“Aduh, Ratna, kenapa kau begitu khawatir? Pendidikan anak-anak sudah terjamin melalui asuransi. Kau lupa?”
“Aku ingat,” Ratna menarik napasnya. Apakah si kembar juga sudah diasuransikan?
“Kenapa?” Sam menatapnya heran. Helaan napas itu selalu muncul bila suasana hati Ratna sedang gelisah, “Apa yang membuatmu gelisah?”
“Tidak ada,” Ratna menggeleng. “Aku menggelisahkan diriku. Haidku tidak datang bulan ini. Jangan-jangan aku hamil, atau malah monopouse!”