"All truth passes through three stages:
First, it is ridiculed.
Second, it is violently opposed.
Third, it is accepted as being self-evident."
(Arthur Schopenhauer)
"Siapa namamu?"
Itulah sapaan pertama Ambar kepada tawanan berkerudung merah itu. Sudah semalaman, tiga orang apes itu dikarantina. Seorang perempuan muda, adiknya yang masih bocah, dan nenek tua yang sedari malam memukul-mukul pahanya karena reumatik.
Tidak seperti interogasi tentara lain yang beringas; pertanyaan Ambar seolah gamang. Apalagi, saat Ambar bertemu pandang dengan perempuan muda itu. Mata perempuan itu bergolak. Ada misteri rasa, dalam tatapannya. Penuh amarah, tetapi menyedihkan.
Perempuan muda itu mendelik. Seperti ular derik, di Sahara yang terik; siap menyerang balik. Namun, pipinya basah karena belik. Itulah yang membuat Ambar ragu dan simpatik.
"Hanya Allah. Maut itu hanya milik Allah ...." Gumam gadis itu sambil menahan rasa; antara marah dan sedih.
Ambar melihat kepedihan dalam jawaban perempuan berkerudung merah itu. Jika diterjemahkan, gelombang suaranya berwarna hijau pudar. Ada rintangan hebat dalam laring perempuan itu. Dia mengeluh tak berdaya. Bak seorang musafir yang mendapat cobaan kelaparan. Ambar asing dengan perasaan itu. Perempuan ini benar-benar membuat Ambar merawankan hati. Baru kali ini ada getar iba dalam jiwanya.
Air mata gadis itu membuncah. Dia acuhkan tangannya yang lecet karena temali yang kasar. Segera prajurit jaga bergerak hendak membekap. Namun, langkah mereka terhenti isyarat Mayor Sege. Komandan Tim Serbi ini mengajak ketiga prajurit untuk ke luar ruangan.
Ruangan interogasi mendadak sepi. Setelah nenek tua dan cucu lelakinya dipandu para penjaga ke ruang medik, hanya menyisakan Ambar dan gadis muda itu; Rismawati.
"Maaf Nona, kami hanya menjalankan tugas. Jadi, bisakah Anda bekerja sama?" Tanya Ambar dengan suara bas.
Risma tidak menimpali.
"Sssshh ...," Ambar sedikit kesal, "Aku tidak akan mempersulit kamu jika kamu mau memberitahukan informasi tentang para separatis! Adakah di antara mayat-mayat itu yang kamu kenal?"