Perempuan Sehabis Gelombang

Panji Pratama
Chapter #29

Bab 28 - Lolos dari Maut

Intan berlian jangan dipijakkan.

(Peribahasa)


Sepeda motor curian itu ditinggalkan dengan tangki bahan bakar yang sudah kering, di sebuah jalan setapak yang mengarah langsung ke tebing teluk. Arah langkah mereka sedikit miring ke barat laut untuk menghindari jalan-jalan protokol, sehingga kembali masuk ke hutan bakau dua kilometer dari tebing teluk Pantai Ujung Utara. 

Di dalam hutan bakau itu mengalir sungai berarus tenang bernama Sungai Kuncupjati. Sungai yang memiliki debit air maksimum mencapai 2.726 meter kubik per liter itu menghilir ke wilayah Selat Asia.

“Kau dengar itu?” Ambar berseru.

“Ya. Seperti gemericik air terjun. Mungkin sungai lagi.” 

“Lebih baik, kali ini kita hindari kembali jalan raya.”

“Ya. Terserah kau. Asalkan aku bisa bersamamu,” Risma menjawab setengah berbisik.

Ambar mencuri dengar ujung kalimat Risma. Lelaki itu tersenyum cerah. Gadis itu benar-benar telah punya perasaan pada sang desertir.

“Tetapi?”

“Tetapi apa?” ujar Ambar. Ambar turun ke sisi sungai duluan. Tangannya membuka untuk menangkap tubuh Risma yang hampir jatuh.

“Betulkah kalimatmu yang pernah kau ucapkan waktu itu?”

“Yang mana? Bahwa aku akan membawamu ke Negeri Seberang?”

“Bukan ...,” Risma menghentikan langkahnya lalu menunduk. “Bahwa kau rela mati untukku ... Akankah kau mencintaiku, jika aku mati lebih dahulu?”

“Hal itu tak akan terjadi!” Kata-kata Ambar membuat Risma heran dan melangkah mundur. “Ya. Aku tidak akan membiarkanmu mati. Kau harus mengatakan kau bahagia menjalani hidupmu dulu. Maka, kelak Izrail tidak akan menyesali kedatanganmu di alam kekal. Setidaknya, kau harus menegakkan setengah dari agamamu dulu. Menikahlah denganku! Dan kau akan mensyukuri Tuhan telah menghadiahkanmu keadilan lewat diriku.”

Lihat selengkapnya