Chapter 1
Suara Bapak
BRUK BRUK BRUK
Suara gedoran pintu menggema dalam kamar. Suara itu seperti menyiratkan amarah yang ingin segera dimuntahkan.
Waktu menunjukkan pukul lima. Tak mendengar kumandang adzan subuh, aku terbangun oleh suara teriakan.
“SALIHA! BUKA PINTUNYA!!!”
Suara Bapak memannggil keras namaku. Aku mendengarnya bukan sesuatu yang baru. Suara itu sontak saja membuat jantungku berdetak dengan kencang. Seperti menabuh genderang perang, suara itu memecah keheningan.
BRUK BRUK BRUKKK
Gedoran pintu semakin keras terdengar. Tidak hanya satu kali, Bapak melakukannya berulang kali.
Badanku membeku dan mulutku seketika membisu. Perasaan takut mulai menelusup ke dalam jiwaku. Perasaan cemas dan gelisah mulai merasuki tubuhku.
Aku menarik selimut hingga menutupi kepala. Tak ada keinginan untukku membuka pintu. Mendengar suara keras Bapak, membuatku menarik diri dan ingin bersembunyi.
Suasana mencekram di pagi hari. Barangkali matahari ikut menahan diri dan tak ingin menampakkan diri.
Tak kuat mendengar teriakan Bapak, kututup telinga agar tak lagi mendengar suara.
“SALIHA! CEPAT KELUAR! JANGAN BIKIN BAPAK MARAH!!!”
Amarah Bapak semakin membuncah di pagi hari yang pecah. Masalah apa yang membuatnya meluapkan emosi di pagi-pagi buta seperti ini.
Aku mengingat peristiwa di hari Sabtu ketika Bapak membicarakan perjodohan denganku. Sepertinya peristiwa itu memicu amarah Bapak mengeluarkan kata-kata keras kepadaku.