PEREMPUAN SURGAWI

ChumeyOks
Chapter #1

Baru menyadari

POV Fathur.

Semua sudah terlanjur Aku lakukan dan semua sudah terlanjur tahu apa yang sudah kami lakukan, jika saja Abi dulu mengerti betapa aku mencintai Sahra. betapa aku ingin memiliki nya, dan betapa aku ingin bersamanya.

Mereka membuat kami berpisah dan aku terima, mereka tak menginginkan hubungan kami dan kami pun mencoba mengikhlaskan nya.

Dan kini di rahim Sahra ada calon anak ku, aku merasa bingung. Aku harus menikahi Sahda kareba bagi ku salah satu cara bertanggung jawab dengan menikahinya namun Abi mengancam ku, abi tidak akan pernah menerimaku menjadi anaknya tapi di satu sisi.

Malam ini Aku pergi untuk pulang dan berniat menemui Sahda di rumah kami, Jujur saja aku merasa malu dengan sikap yang di tunjukan Sahda. ia mengerti dengan posisi kami, ia mungkin kecewa dan merasa dirinya tersiksa tetapi Sahda terlihat mengerti jika kami lah yang merasa tertekan.

Aku memarkirkan mobilku, aku melihat jendela kamar Sahda masih menyala. Aku masuk dengan langkah kaki ku yang begitu berat, dan sebelumnya Aku meminta sepupu Ella untuk menemani Sahra di rumah sakit karena Mas Andi meminta aku untuk pulang dan menemani Sahda di rumah. Begitupun dengan Mbak citra yang meminta ku untuk menemani Sahda di rumah, akhirnya aku menyetujui permintaan Mbak cinta dan Mas Andi.

Pintu kamar Sahda tertutup sangat rapat, tangan ku sudah ingin mengetuk nya. Bibi sumi datang menghampiriku, "Tuan Muda, Non Sahda ada di atas!, di kamar Aden! " Ucap Bibi Sumi

"Hah diatas? " Tanya ku, "Sedang apa dia bi? " Tanya ku kembali.

"Ndak tau den," Tanpa menanyakan hal lainnya aku segera naik ke lantai atas rumah ku, Aku segera menghampirinya. di dalam kamar ku Sahda sedang solat, ia begitu sangat Khusyu.

Aku menunggunya hingga ia selesai Solat, beberapa menit kemudian. Aku melihat ia telah selesai bersembahyang, ia tersenyum menatap ku.

"Sahda, mengapa kau berada disini? " Tanya ku.

"Aku mau tidur di kamar ini malam ini, dengan suami ku. mungkin ini tidur untuk kita terakhir kalinya, tanpa adanya pembatas dan tanpa kita berpisah" Ucap Sahda, air matanya menetes kala ia berbicara padaku.

"Sahda, " Lirih ku memanggil nama nya dengan pelan, entah mengapa perasaan itu muncul kala aku menatap wajahnya. aku telah melukai hatinya, namun ia masih saja memaafkan ku. ia tidak membalas sama sekali apa yang pernah aku lakukan kepada nya.

Lihat selengkapnya