Ini adalah kisahku, si perempuan tanpa nama.
Lampu bulat yang temaram sedikit mengayun, membuat ruangan kecil tak terawat menjadi agak gelap. Dinding bahkan lantainya tampak belum selesai dibuat, atau memang sengaja tidak dilumuri apa pun lagi selain semen yang mulai berlumut. Saat ini tidak ada siapa pun di dalam sana selain seorang wanita yang terikat di atas kursi, dan dua orang pria berwajah galak. Salah satu pria berjalan pelan, mondar-mandir di hadapan wanita yang sedikit tertunduk. Sementara satu pria lainnya berdiri di dekat pintu.
Pria yang tidak bisa diam itu mengelus-elus batu akik pada cincinnya yang besar. Dia mendekat ke arah wanita yang kini menaikkan wajahnya karena dipaksa. Barulah tampak jelas lebam kebiruan dan sedikit darah yang keluar dari salah satu lubang hidungnya. "Sudah bisa bicara sekarang?" tanya si pria.