“Pras?”
Kedua mata Ariska membulat lebar. Pria yang tak ingin lagi ditemuinya justru bertemu di tempat tak terduga. Tak ingin dilihat oleh laki-laki yang telah mencampakkannya, Ariska memilih menghindar dan pulang lebih dulu. Naasnya, ia tak sengaja menabrak seorang wanita yang tengah berjalan menuju teras Om Heru.
“M-maaf, Bu.” Ucap Ariska membungkukkan badan.
“Nggak … nggak apa-apa. Lain kali hati-hati, ya” Ucap wanita dengan gamis abaya warna putih dan wajah glowing-nya.
“Sayang ….”
Ariska sangat terkejut saat melihat wanita yang ditabraknya tadi memanggil Pras dengan sebutan sayang. Ia berpikir mungkinkah itu istrinya? Tak ingin membuang waktu dan tambah sakit hati, ia menghubungi Sandra dan meminta sang sahabat menjemput di taman dekat rumah Om Heru.
“Apa Pras sengaja mempermainkanku? Istrinya sangat cantik dan sepertinya baik, kenapa dia bisa-bisanya selingkuh? Kenapa dia memilihku? Apa karena aku terlihat bodoh dan polos?” Ariska terus berjalan dengan derai air mata.
Aku tak akan memaafkan Pras walau telah mati sekalipun!
“Ar! Ariska! Riska!”
Sebuah klakson mobil yang nyaring baru membuat Ariska sadar dan kaget Sandra sudah sampai.
“S-Sandra?” ucapnya mengusap air mata buru-buru. Sandra dengan cepat keluar mobil dan melihat keadaan Ariska.
“Elu ngapain di sini malem-malem, sendirian pula?” tanya Sandra penuh keheranan.
“San ….” Ariska memeluk Sandra erat. Air matanya kembali berlinang di pundak sang sahabat. Suara sesenggukan jelas terdengar di telinga Sandra.
“A-ada apa, Ar? Elu kenapa lagi?”
“Pras, San … Pras ….”
“Laki-laki laknat itu lagi! Kenapa lagi sama dia!? Bilang sama gue, Ar! Biar gue kasih pelajaran dia!” geram Sandra seraya mengusap punggung Ariska.
Arsika kini melepaskan pelan pelukannya dari Sandra, walau dengan mata merah dan bengkak, ia menceritakan jika dirinya bertemu dengan Pras. Sandra pun terbakar emosi dan hendak menghampiri laki-laki yang telah membuat sahabatnya seperti ini.
“Gue akan kasih pelajaran ke laki-laki biadab dan nggak tahu adab itu!”
“Jangan San … tolong, aku nggak mau keluargaku tahu hubunganku dengan Pras, apalagi di sana ada istrinya,” Ariska mencoba menenangkan Sandra yang tengah emosi.
“Malah bagus ‘kan! Biar istrinya tahu sekalian!”
Ariska diam. Tangannya langsung dilepaskan dari pergelangan tangan Sandra. “Bukannya istrinya emang udah tahu, ya? Kamu lupa, San?”
“B-bukan begitu maksudku, Ar. Hanya ….” Sandra menggaruk leher belakangnya yang tak gatal.