Sebulan setelah Ariska putus dengan Pras, ia mulai berbenah diri, merapikan kembali penampilannya, dan menata hidupnya seperti sebelum ia mengenal Pras.
“Ar, jangan lupa, ya hari ini.”
“Apa?” Ia melihat Sandra penuh kebingungan.
“Hadehhh, masa iya sih mesti gue ingetin berulang kali. Janji … janji!”
Janji ….. Ariska berpikir sejenak dan sedetik kemudian membulatkan matanya. Jangan-jangan …..
“Udah inget belom?” ketus Sandra.
“I-iya. Udah, San.” Senyumnya lugu. “Ta-tapi, San ….”
“Tapi apalagi, Ar!? Ih, ni anak! Udah, jangan banyak tanya dan ngeluh, kan Elu udah janji mau ikutin apa kata gue! Dah, ya. Pokoknya habis pulang kerja, Elu siap-siap!”
Bulan lalu,
“Gue ada ide, Ar! Tapi janji kali ini Elu nggak akan nolak!” Sandra dengan tegas mengangkat telunjuknya tepat ke wajah Ariska.
“I-ide apa, San?”
“Jodoh via online.”
Dan sekarang, inilah Ariska yang terpaksa mengikuti kemauan gila Sandra.
“Hufft, kenapa aku mau aja sih disuruh kaya gini. Padahal lagi nggak mau kenalan sama laki-laki lagi.” Keluh Ariska melihat dengan tatapan kesal ke Sandra.
Tapi, jam segini dulu Pras sering telpon aku, chat aku, tanya udah makan apa belum? Kalau sekarang ….
“Udah, Ar! Buat apa sih mikirin laki-laki yang udah membuang kamu! Fokus … fokus … fokus!” ucap Ariska menyemangati dirinya sendiri.
***
Akhirnya, waktu yang tak dinanti Ariska pun tiba. Bertemu dengan orang asing demi melupakan mantan. Sandra yang sejak awal telah mengawasi gerak-gerik Ariska langsung menyergap sahabatnya agar tak kabur.
“Ayo!” seru Sandra bersiap menjinjing tasnya.
“Hmm,” balas Ariska malas.
“Ariska, ayo dong! Udah jam berapa ini? Kita kan mau ketemu sama—”
“Iya … iya, San. Sabar kenapa, sih! Aku lagi rapiin meja dulu!” Ariska sedikit emosi menanggapi sahabatnya.
Sandra diam dan menunggu di meja kerjanya. Sebenarnya ia tak bermaksud ikut campur urusan pribadi Ariska, tapi ia juga tak sampai hati terus melihat Ariska dibutakan, dibodohi oleh cintanya yang tak mungkin bersatu dengan Pras.
“Ayo, aku udah siap!” Ariska menjinjing tasnya, balik badan melihat Sandra yang terus menatap ke arahnya. “San! Kok bengong, sih? Katanya suruh buru-buru, aku udah siap nih. Jadi nggak?” sambung Ariska.
“Jadi … jadi!” sahut Sandra langsung menyambar tasnya di meja dan mengikuti Ariska. “Gue yakin Elu nggak akan nyesel, Ar. Ini laki Udeh gue stalking, dia karyawan di salah satu BUMN ternama di Jakarta, anak kedua dari tiga saudara, punya kendaraan, terus masih jomlo, nah itu yang penting!” Sandra sangat semangat membeberkan teman kencan buta Ariska.
“Hebat banget kamu ya, San. Sampe segitu detailnya, harusnya dulu aku minta bantuan kamu aja ya untuk stalking Pras,” kekeh Ariska yang langsung ditanggapi dingin Sandra.