Perempuan Terlarang

Niskala Ajisena
Chapter #6

Curiga

Sandra mengejar Ariska hingga tergopoh-gopoh. Waktu kian menunjukkan pekatnya dan ponsel Ariska pun tak henti berdering.


“Ar, tunggu … kamu kenapa? Duh, jangan cepet-cepet napa, sih! Cape tahu!” protes Sandra yang terus mengejarnya.


Akhirnya Ariska melambatkan langkahnya. Ia perlahan berhenti tepat di depan sebuah toko sepatu. Dengan napas tersengal, Sandra meminta penjelasan mengapa Ariska tiba-tiba pergi begitu saja.


“Elu kenapa lagi, sih, Ar? Panik tahu nggak sih gue liat kelakuan Elu!” protes Sandra mengatur napasnya.


“Aku nggak kuat lihat kemesraan Pras dan istrinya, San. Mereka sengaja banget mau menunjukkannya padaku!” bibir Ariska bergetar. Ia tak kuasa menahan tangis dan tak lama Ronald muncul menghampiri keduanya.


“Kalian ngapain di sini?”


Buru-buru Ariska menyeka air matanya, Sandra berusaha menutupi sahabatnya yang tengah bersedih.


“Enggak, si Ariska udah kebelet tadi, makanya buru-buru,” kilah Sandra sambil tertawa.


“Maaf, ya kalau saya nggak sopan. Udah malam, sampai sini dulu pertemuan kita, Mas. Kapan-kapan kita sambung lagi.” Ariska sedikit menundukkan kepalanya, tangannya meraih lengan Sandra dan menariknya.


“Tunggu dulu,” tahan Ronald.


Sandra dan Ariska menoleh ke belakang. “Ada apa, Mas?” tanya Sandra.


“Boleh aku minta nomor teleponmu, Ariska?” Ronald mengeluarkan ponselnya dan bersiap mengetik.


Ariska melihat Sandra dan begitu pula sebaliknya. 


“Kalau kamu nggak mau kasih juga nggak apa-apa,” sahut Ronald.


“Maaf, ya, Mas. Aku belum bisa memberikan nomorku pada siapapun. Maaf, permisi dan selamat malam.” Ariska dengan kencang menarik lengan Sandra, perlahan siluet kedua perempuan itu pun menghilang dari pandangan Ronald. 


“Elu nggak apa-apa, Ar? Sumpah, gue kaget banget waktu liat itu si Prasmanan sama bininya! Dunia sempit amat, sih! Katanya bininya di kampung, kenapa sekarang di Jakarta?” Sandra geleng-geleng.


“Di kampung? Maksud kamu, San?”


“Eh, gue belom cerita ya sama Elu?”


Ariska menggeleng. “Cerita apa?”


“Sebenarnya, saat Elu masih ada hubungan sama Pras gue stalking soal dia dan keluarganya. Bininya tuh di kampung, punya anak emang, perempuan, cuma sebatas itu sih yang gue tahu.”


“Kenapa kamu nggak pernah cerita, San?” 


“Buat apa? Bikin Elu sakit hati terus gamon, kaya orang gila gitu? Sorry ye! Gue nggak mau liat Elu kaya kemaren-kemaren! Udah, Ama si Ronald aja, kelihatannya tuh laki bisa dipercaya,” jelas Sandra panjang lebar.


“Kalau kamu mau, ambil saja,” celetuk Ariska.


“Hah? Si Vito mau dikemanain, Ar? Dia ‘kan cinta mampus sama gue,” kelakar Sandra dengan percaya diri.


Ariska tak menggubris atau merespon ocehan sahabatnya, yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana cara ia untuk menghindar dari Pras dan istrinya.


***

Lihat selengkapnya