Perempuan Terlarang

Niskala Ajisena
Chapter #8

Pertemuan Tak Terduga

Mata Ariska tak bisa berpaling dari laki-laki yang dulu pernah berharga di hatinya. Tubuhnya enggan ‘tuk meninggalkan tempat mereka bertemu. Pras melihat Ariska dengan tatapan dingin, seolah wanita itu tak ada di ingatannya.


“Permisi!” Ariska memaksakan diri untuk pergi, namun Pras tiba-tiba meraih tangan Ariska seraya berkata, “Maaf, tolong maafkan aku.”


Air mata Ariska tak ingin lagi berderai, tapi kenapa setiap kali laki-laki itu berkata ia tak bisa tak menangis. Apakah hatinya memang telah dimantrai oleh Pras?


“Tolong lepaskan aku! Nggak baik jika dilihat orang,” tukas Ariska menahan sesengguknya.


“Maafkan aku, Ar. Aku tahu aku salah tapi tak ada cara lain untuk hubungan kita,” bela Pras.


“Apa kita punya hubungan?” tanya Ariska tiba-tiba.


“Apa maksudmu? Kenapa kamu bicara begitu, Ar?” ekspresi wajah Pras gusar seketika.


“Maaf, saya harus cepat-cepat pulang. Tolong lepas atau saya akan berteriak!” Ariska melihat Pras dengan tatapan nyalang, hanya ada dendam dan amarah di hati Ariska.


“Ok, aku akan lepas. Tapi jawab dulu pertanyaanku!”


“Oh, jadi membebaskan dengan syarat? Nggak nyangka, ya seorang Pras bisa bersikap begini,” sindir Ariska tersenyum sungging.


“Apa hubunganmu dengan pria itu?” Pras menatap Ariska tajam.


“Pria? Pria mana yang Anda maksud?” 


Pras mengencangkan genggamannya seolah ingin menegaskan jika Ariska tak bisa main-main dengannya.


“Sakit Pras! Apalagi yang kamu inginkan? Kita sudah tak memiliki hubungan apapun!” tegas Ariska masih berusaha melepaskan tangan Pras yang mencekal pergelangannya.


“Jawab dulu! Ada hubungan apa kamu sama dia!?” sentak laki-laki beristri itu memelototi Ariska.


“Dia pacarku!” 


Ariska dan Pras sama-sama menoleh ke sumber suara yang terdengar sangat dekat dengan mereka.


“Kamu!


“Ronald?”


Keduanya terkejut saat melihat Ronald berjalan menghampiri mereka dan langsung mendekati Pras dengan mata mendelik. Lepaskan dia, Bung! Memangnya Anda siapanya Ariska? Pacarnya atau ….”


“Teman!” sahut Ariska buru-buru.


Ronald mengernyitkan keningnya. Ia melihat wajah Ariska  yang tegang.


“Jika teman, kenapa ia tak melepaskan tangannya? Teman tapi mesra?” cibir Ronald menyunggingkan senyum sinis.


Ariska terus meronta, Pras awalnya tak mengacuhkan permintaan Ariska, namun Ronald yang sudah naik darah segera meluncurkan bogem mentahnya dan tepat mengenai pipi kanan Pras hingga ia tersungkur.

Lihat selengkapnya