Dinar, gadis cantik berkulit kuning langsat, melangkahkan kakinya di koridor kampus dengan langkah yang anggun. Tak pernah terbayangkan kehidupan masa lalu yang miris membuatnya bisa bertahan hingga saat ini. Kata-kata anak haram pun melekat pada dirinya. Ia membenci ibunya yang telah melahirkan dirinya ke dunia tanpa seorang ayah. Namun, kalimat itu ia tutup rapat-rapat di hatinya. Kini ada seorang pemuda yang dekat dengannya, namun Dinar belum membuka hatinya. Ada sedikit gejolak yang terasa perih.
“Dinar tunggu!” Panggil laki-laki berparas ganteng yang mulai mendekati Dinar. Gadis cantik itu berhenti dan menoleh ke belakang. Ia hanya diam mematung sambil menatap cowok bernama Vitan. “Kenapa sih kamu selalu acuh padaku?” tanya Vitan ingin tahu.
Vitan, cowok oriental keturunan Cina yang juga menimbah ilmu di Universitas yang sama dengan Dinar. Vitan tertarik dengan Dinar sejak beberapa waktu lalu. Ya begitulah cinta. Kehadirannya tanpa diduga.
“Ada apa?” Dinar balik bertanya.
“Din… Aku suka sama kamu sejak pertemuan pertama itu.”
“Lantas?”
“Beri aku waktu untuk mengisi hari-harimu.”
“Hari-hariku sudah penuh dengan cerita-cerita masa lalu, Vitan. Aku gak mau kamu berubah karena status asli yang kamu dengar tentangku.”
“Maksudmu?” Vitan membuat kerutan di keningnya.
“Sudahlah, jauhi aku," ujar Dinar dengan suara datar.
“Apa karena aku Cina?”
Dinar menggeleng. “Bukan. Aku harus pergi dan biarkan kita menjadi teman saja.”
“Tunggu, Dinar.” Vitan mencoba menahan Dinar yang sempat melangkahkan kakinya.
Dinar mengacuhkan perkataan Vitan dan berlalu begitu saja. Ia meninggalkan cowok itu dengan beribu pertanyaan di benaknya. Vitan hanya terpaku memandang Dinar yang menjauh darinya.
Sore itu Bandung diguyur hujan dan Dinar sudah berada di dalam taksi. Taksi itu melaju di jalan hitam yang basah. Dinar mengedarkan pandang lewat jendela kaca taksi. Ia memperhatikan jalan-jalan yang basah kota Bandung. Ia terpaku dengan wajah yang tampak sendu.
Hidup memang sebuah pilihan. Kita tidak bisa menolak ketika dilahirkan ke dunia. Bahkan kita tidak tahu kita terlahir sebagai apa dan anak siapa. Tidak ada yang menginginkan terlahir sebagai anak haram seperti dirinya. Ia mengetahui hal itu dari tetangga yang dekat dengan rumah kakek dan neneknya. Kakek dan nenek memang selalu merahasiakan siapa dirinya yang sebenar. Tapi waktu jua yang membuat ia mengetahui jati dirinya.
Sesungguhnya ia membenci hidup ini jika memang kehidupan yang pahit selalu ia jalani. Menjadi anak di luar nikah bukan kehendaknya, namun apakah dirinya harus menanggung dosa kedua orang tuanya?
###