"Wa'alaikum salam Kak ... " ucap anak gugusan Naila dengan kompaknya. Tentu saja hal ini membuat seluruh anak perempuan yang di gugus ini merasa senang bertemu lagi dengan Kak Mizdan atau yang bernama lengkap Mizdan Daniel Azran.
"Mohon mengganggu waktu kalian sebentar, tapi ada yang saya ingin sampaikan kepada seluruh adik-adik," ucap Ka Mizdan, senyum manis yang terukir di wajahnya membuat para gadis meleleh melihatnya.
"Untuk sertifikat kalian semua akan di bagikan oleh kakak kelas yang menjadi pembina dalam gugus kalian, sehubung dengan hal itu dimohon agar kelas ini tidak terlalu berisik ya, adik-adik," ucapnya dengan jelas dan panjang lebar.
Sementara itu Naila selalu memandangi kak Mizdan, tapi untung saja dia tidak menyadari kalau dipandangi oleh Naila. Tidak hanya Naila yang memandangi Mizdan tapi hampir 50 persen murid perempuan yang ada di kelas ini memandangi Mizdan karena kagum dan terpesona.
-----
Kak Widi dan Kak Zoya memasuki kelas, membawa selembaran kertas tebal berwarna hijau yang cukup sangat banyak. Kak Widi yang saling bertatapan dengan Kak Mizdan saling tersenyum, namun Kak Widi dan Kak Zoya fokus menaruh selembaran kertas itu di meja.
Kak Zoya dan Kak Widi adalah Kakak kelas yang menurut Naila baik. Tapi perbedaan diantara kakak kelas dua ini adalah Kak Zoya sangat terlihat tomboy seperti lelaki, sedangkan Kak Widi sangat terlihat feminim. Banyak yang suka dengan Kak Widi bahkan kabarnya di hari terakhir adanya surat cinta, dia mendapatkan banyak surat cinta dari adik kelas perempuan maupun laki-laki. Karena kedua kakak kelas ini sangat terkenal lebih ramah dibandingkan yang lainnya.
"Zoyaa! Sertifikat anak gugus ini udah ?" tanya Ka Hari yang berada di luar kelas dengan nafasnya yang terpenggal-penggal membuat mata seluruh siswa yang ada di dalam kelas bersama Naila melihat ke arahnya.
Kak Zoya melangkahkan kakinya ke arah Kak Hari, tentu saja melewati lagi kak Mizdan. Seperti ada aroma cinta segitiga di antara kakak kelas ini, kak Zoya mendekat ke arah Kak Hari, "udah ... Itu lu liat aja sendiri," Kak Zoya menunjuk ke arah dimana selembaran hijau ada di atas meja.
"Bentar deh, Har. Tapi kenapa lu kaya abis dikejar setan sih? Nafas lu sampai ga beraturan kaya gitu ?" tanya Kak Mizdan dengan serius.
"Abis ada anak osis lain bilang kalau kelas ini belum dapet sertifikatnya, ya 'kan gua jadi langsung buru-buru ke sini," Kak Hari dengan nafasnya yang masih tak beraturan.
"Hmm," Kak Widi berdehem cukup kencang, sampai ada yang kaget. "Mohon perhatiannya, lupakan saja percakapan Kak Mizdan, Kak Zoya dan Hari. Mari semuanya yang disebutkan namanya harap maju ke depan ya," ucap kak Widi dengan seriusnya.
"Iya Kak," anak-anak di kelas Naila menjawab dengan kompak. Satu persatu nama pun di panggil oleh Kak Widi.