Perfect Office Romance

Yoou
Chapter #1

1-KEJADIAN TIDAK TERDUGA

Pernahkan kalian mengharapkan hujan deras datang agar bisa menghindari sesuatu? Kalian pasti pernah melakukannya. Bahkan ketika kecil pernah melakukan itu. Berharap hujan deras datang agar terhindar dari sekolah atau bimbingan belajar. Agar tidak perlu repot-repot bertemu mata pelajaran yang tidak disukai dan menjemukan. Ketika sudah beranjak dewasa, berharap hujan deras mengguyur agar memiliki alasan untuk tidur lebih lama. Meski setelah hujan kenyataan membuat kelabakan. Kerjaan tidak peduli hujan deras atau tidak. Sayangnya, kadang hujan deras tidak datang sesuai harapan.

Terkadang manusia mengharapkan sesuatu agar tidak kejadian. Kemudian ketika harapan itu tidak terwujud, dia amat kecewa. Termasuk dalam urusan cinta. Kadang kala, ketika berharap cinta segera datang justru cinta itu tidak kunjung menampakkan diri. Berbulan-bulan menjadi member aplikasi dating, tapi tidak ada yang match. Berkali-kali mengikuti perkumpulan, tapi tidak kunjung bertemu orang yang sejalan.

Namun, ada pula ketika tidak berharap cinta itu datang, dia datang memporak-porandakan. Berusaha keras agar tidak jatuh cinta, tapi cinta itu bak racun yang terus bersarang di kepala. Terus menggerogoti, terus membayangi hingga sampai berada pada tahap kesimpulan, it's okay this is love.

Manusia terkadang mengharapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan di depan mereka. Kalau cinta itu datang, kenapa harus dipukul mundur? Kalau cinta itu pergi, kenapa harus terus dikejar?

Ini adalah kisah dua manusia yang ingin dikejar cinta dan menghindar dari cinta. Jenni yang sudah sepuluh tahun menjomblo, mulai terbiasa hidup tanpa cinta. Baginya, bekerja dengan rajin dan mendapat bonus kemudian berbelanja sudah cukup. Sayangnya, berbeda dengan Sagra. Dia berusaha menggapai cinta, meski tidak tahu lagi caranya. Bahkan, tidak tahu cinta itu memang ingin dia dapatkan atau hanya sebuah alasan.

"Oke, lo boleh nyari cinta itu sama gue!"

Sebuah ajakan yang terdengar menjanjikan. Namun ingat, harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan.


***


"Loh... Nggak bisa gitu dong, Pak...." Wanita dengan rambut yang masih terdapat rol berwarna pink itu memindahkan ponsel ke sebelah kiri dan menjepitnya dengan pundak. Setelah itu kedua tangannya sibuk memasukkan roti selai cokelat ke kotak makan berwarna ungu cerah yang kata orang warna janda.

"Udah, kamu bisa tanpa saya."

Gerakan tangan wanita itu seketika terhenti. Bola matanya memutar beberapa kali, setelah itu melanjutkan kegiatannya. "Ya, memang saya bisa, tapi...."

"... jangan sampai telat. Pak Sagra sudah menunggu di bandara. Selamat bekerja, Jenni."

"Ha?" Wanita bernama Jenni itu langsung menarik ponselnya. Dia melihat panggilannya diputus begitu saja. Sekarang terlihat waktu telah menunjukkan pukul enam pagi. "Dia jam segini udah di bandara?"

Jenni masih terdiam, terlalu banyak berita mengagetkan pagi ini. Hari Minggu pagi dia harus ke Kota Batu karena ada meeting sekaligus pameran, di mana kantornya menjadi pihak sponsor. Kemudian, dia ditelepon Pak Lendra—atasannya—yang mengatakan tidak bisa hadir. Jenni masih tidak kaget dengan berita itu. Sebagai sekretaris, dia terbiasa pergi menemui klien sendirian. Namun, yang menjadi persoalan adalah dia harus berangkat bersama Sagra—bos besar—di kantornya. Sedangkan karyawan yang ditugaskan, sudah berangkat Sabtu kemarin. Jenni awalnya ditawari untuk berangkat di hari itu juga, tapi karena malas dan belum selesai bebenah, dia memutuskan berangkat di hari Minggu.

"Dan keputusan gue salah," gumam Jenni sambil menarik rol rambutnya satu persatu. "Kalau gue berangkat kemarin, pasti nggak akan bareng Pak Sagra."

Drttt....

Ponsel di atas meja itu kembali bergetar, mengembalikan Jenni ke alam nyata. Dia menyambar benda itu tanpa semangat, ketika melihat nama "Pak Lendra".

"Jen, kamu cepetan. Pak Sagra udah nanyain."

"Huh...." Bahu Jenni merosot. "Iya ini mau berangkat."

Lihat selengkapnya