Perfect Office Romance

Yoou
Chapter #10

10-JANGAN KELIHATAN GANTENG

Mobil Jenni telah terparkir di parkiran samping gedung sekitar lima menit yang lalu. Namun, dia belum juga meninggalkan bangku kemudi. Selama lima menit yang dilakukan terus menghela napas berat, setelah itu memejamkan mata.

"Oke! Nggak akan terjadi apa-apa." Jenni melepas sabuk pengaman lalu menyambar tas di kursi samping. Dia turun dari mobil dan menyentuh dada.

Semuanya baik-baik aja.

Jenni membulatkan tekad lalu berjalan menuju lobi. Saat itulah dari kejauhan dia melihat Sagra turun dari mobil. Lelaki itu mengenakan kacamata hitam dan terlihat merapikan rambutnya. Sebelum akhirnya melepas kacamata itu dan melangkah.

Duh, dia ngelihatin.

Langkah Jenni terhenti kala Sagra menatap ke arahnya. Tidak banyak ekspresi yang keluar dari lelaki itu, tapi cukup membuat Jenni gelisah. "Duh! Ngapain, sih, lihat-lihat?" Dia menghentakkan kaki lalu pura-pura tidak terjadi apa-apa.

Diam-diam, Sagra terus menatap Jenni. Terlihat jelas wanita itu gelisah, tapi berusaha ditutupi. Beberapa kali tangan Jenni terkepal kemudian mengusap sisi roknya.

"Selamat pagi, Pak Sagra."

Perhatian Sagra teralih mendapati sapaan itu. Dia menggerakkan tangan ke karyawannya lalu berjalan menuju lobi. Bertepatan dengan Jenni yang baru melangkah masuk.

Sagra mempercepat langkah dan melewati Jenni begitu saja. Sedangkan Jenni langsung mengalihkan perhatian. Lelaki itu berjalan tanpa menoleh ke arahnya. Sesuai permintaan.

Prosedur pertama, bersikap apa adanya. Jangan terlalu to the point.

Jenni ingat dengan prosedur PDKT yang diucapkan weekend lalu. Sekarang Sagra menerapkan itu. Bersikap apa adanya layaknya seorang bos. "Harusnya gue tenang, tapi...."

" ... tapi apa?"

Jenni berjingkat. Dia mendapati Dina yang melewati lalu melambaikan tangan. "Tuh, bocah jangan sampai tahu." Dia lalu berlari mengejar. "Ngapain, sih, ikut aja?"

"Ya gue denger lo ngomong!" jawab Dina apa adanya.

Dua orang itu berdiri di depan lift. Sagra telah masuk lift lebih dulu sementara Jenni sempat terbengong.

"Pak Sagra ganteng banget, ya, kalau pakai kacamata."

Jenni menatap karyawan dari divisi lain yang membicarakan Sagra. Diam-diam dia tersenyum mendengar pujian itu. Gimana jadinya kalau gue ngasih tahu Sagra ngajak gue pacaran? Gue yakin kalian kejang-kejang.

"Woy!" Dina menyenggol lengan Jenni. "Lo ngapain senyum-senyum?"

"Ah, enggak!" Jenni menggeleng. "Emang gue murah senyum aja."

Mata Dina memicing melihat Jenni yang terlampau ramah. "Lo habis dapet duit dari nyokap lo? Ya, kan?"

Tring....

Jenni mendorong Dina menuju lift alih-alih menjawab. Dia berdiri di paling belakang, tempat favoritnya. Setelah itu karyawan lain mulai masuk.

Drttt.... Samar-samar Jenni merasakan ada getaran. Dia mengeluarkan ponsel dari tas dan melihat sebuah pesan masuk.

Fans: Good morning.

Prosedur kedua, ucapin selamat pagi selamat malam.

"Dia ngikutin semua omongan gue. Hehe...." Jenni tanpa sadar menyuarakan isi pikirannya.

Dina menoleh mendapati Jenni terus senyum-senyum sendiri sambil menatap ponsel. "Lo kenapa, sih?"

"Gue nggak mau cerita!" Jenni memasukkan ponsel dan tetap mempertahankan senyumannya, membuat Dina semakin curiga.


***


Lihat selengkapnya